Senin, 17 September 2012

Diagnosa [Donald H. Blocher]


Diterjemahkan oleh :
no name; mahasiswa BK '10 A FKIP UNS

Salah satu sumber tertua dan menghasilkan kesepakatan pada pertanyaan apakah konseling perkembangan itu untuk mendiagnosa atau tidak untuk mendiagnosa. Bagian dari perselisihan mungkin berasal dari kenyataan bahwa, sebagai suatu istilah, kata "diagnosa" diambil dari kedokteran dan memiliki konotasi kuat medis.
Diagnosa dalam pengobatan dan diagnosa dalam konseling tidak sama, meskipun proses dasarnya serupa. Untuk dokter, proses diagnosa ditujukan untuk menemukan penyakit tertentu kemudian dokter dapat meresepkan terapi atau pengobatan khusus yang berbeda. Diagnosa dalam pengertian ini menyangkut ilmu tentang gejala, penggunaan tes laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit,  dan sebagainya. Diagnosa harus dilakukan sebelum proses pengobatan.
Bahkan dalam pengaturan medis, upaya untuk menerapkan jenis proses diagnosa untuk masalah-masalah perilaku manusia yang disebut "penyakit mental" belum berhasil. Sifat nyata pada penyakit fungsional belum terbukti sama dalam tipe patologi yang basa organik yang positif dapat dibentuk.
Bukti mengenai rendahnya keandalan diagnosa psikiater mandiri bahkan dalam hal masalah psikis mendasar seperti neurosis, psikosis, kecemasan, depresi dll disarankan Eysenck bahwa gagasan seluruh entitas penyakit di bidang kelainan mental yang fungsional perlu dibuang. Menninger juga memiliki metode tradisional usulan tentang diagnosis berdasarkan ilusi entitas penyakit digantikan oleh apa yang disebutnya "kesatuan" sistem diagnosis.
Untuk konselor, masalah penyakit yang sesungguhnya tidak sama dengan permasalahan dalam hal psikologi. Sejumlah usaha telah dibuat dalam konseling untuk membangun sistem mendiagnosa masalah dari umum ke khusus. Sistem seperti ini belum banyak terbukti kegunaannya untuk praktik konseling, untuk alasan dasar yang sama bahwa konsep mendiagnosa penyakit yang sesungguhnya belum membantu psikiater. Sayangnya, klien tidak mau bekerjasama untuk masuk ke dalam pemecahan masalah yang disediakan oleh psikiater. Perilaku manusia sering terlalu kompleks dan efek interaksi antara faktor penentu berbagai perilaku terlalu rumit untuk satu set konstruksi diagnosa sederhana terikat pada faktor-faktor kausal yang memadai.
Untuk konselor, proses diagnosa ditujukan kepada orang-orang yang mengalami hambatan-hambatan dalam proses perkembangannya. Konselor sebaiknya melakukan diagnosa terlebih dahulu kepada kliennya sebelum melakukan proses konseling.

TINGKAT EFEKTIVITAS
Untuk konselor perkembangan, dapat mengembangkan satu jenis diagnosa yang mungkin berguna. Hal ini didasarkan pada dimensi vertikal dan berfungsi tidak terikat pada setiap himpunan yang diduga penyebab utama. Konsep ini adalah tingkat efektivitas manusia di mana seorang individu berfungsi pada waktu tertentu.
Menninger menunjukkan, pada dasarnya tingkat efektivitas ini adalah sebuah konsep kesatuan diagnosa. Dimensi efektivitas manusia sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat kontrol individu tersebut. Tingkat kontrol yang rendah dapat menyebabkan seseorang bunuh diri. Lima tingkat efektivitas manusia dijelaskan di bawah ini,
1.    Panik
Tingkat ini ditandai dengan hilangnya aktual kontrol atas respon afektif dan/atau hilangnya kontrol atas lingkungan dalam jangka pendek. Individu biasanya cenderung berusaha untuk melindungi dirinya dan orang lain. Individu mungkin memiliki perasaan di luar kendali, seperti rasa belas kasihan, saling bermusuhan, dan emosi yang tidak terkontrol/terkendali. Dia mungkin melakukan upaya bunuh diri atau mungkin menjadi agresif atau kasar dan menunjukkan perilaku ekstrim.
2.    Kelambanan
Pada tingkat ini, ada beberapa kontrol  jangka pendek dalam aspek lingkungan. Ada sedikit kontrol terhadap aspek-aspek jangka panjang dalam kehidupan sosial. Sementara individu tidak dibiasakan bersosialisasi, dia tidak mungkin mandiri secara ekonomi atau sosial. Individu  cenderung untuk bertidak sesuai tuntutan lingkungan dengan cara-caranya yang bertujuan untuk menghindari hukuman langsung atau kegagalan, atau untuk mengendalikan perilaku dalam menjalankan tujuan rencana yang terorganisir. Dia memiliki tanggung jawab atas perilakunya dan konsekuensinya. Ia cenderung untuk bertanggung jawab atas kesulitan-kesulitannya kepada orang lain. Dia sering merasa mengasihani nasib dirinya sendiri dan cenderung menunjukkan ketidakpedulian dan ketidakpercayaan terhadap lingkungan sekitar.
3.    Berjuang
Di tingkat ini, individu memiliki beberapa tingkat kontrol jangka panjang dan aspek lebih luas dari lingkungan dan secara aktif mencari nilai lebih. Ia memiliki kemauan yang berlebihan, diantara harapan, keyakinan, perasaan pengunduran diri, dan putus asa. Perilakunya penuh rencana dan berorientasi pada tujuan sampai tingkat yang terbatas, tetapi kehidupan individu cenderung terdiri dari serangkaian krisis dan keadaan darurat yang dapat dicegah jika perencanaan dan organisasi lebih efektif.
4.    Mengatasi
Pada tingkat ini, ada kontrol dari segmen besar jangka panjang lingkungan dan atas komponen utama dari perilaku termasuk respon emosional. Perilakunya penuh rencana dan sangat besar berorientasi pada tujuan. Individu bereaksi untuk hidup sebagai tantangan bukan dengan sikap mengalah. Kecemasan yang cukup besar mungkin ada dan datang dari ego yang melibatkan peristiwa dari luar. Namun, kecemasan ini tidak menyurutkan perilaku yang penuh risiko.
5.    Penguasaan
Tingkat ini merupakan tingkat tertinggi efektivitas manusia. Individu memiliki kontrol yang besar dan peduli terhadap lingkungan.  Ia memiliki perasaan berkecukupan, penguasaan, dan nyaman di sebagian besar peran-perannya. Ia menemukan kehidupan yang penuh semangat dan makna. ia merasa terlibat dan berkomitmen terhadap nilai-nilai dan proyek-proyek yang melampaui eksistensi sendiri.
Lima konstruksi yang tercantum di atas akan berguna untuk konselor perkembangan karena beberapa alasan. Hal tersebut menawarkan beberapa petunjuk yang digunakan untuk menetapkan tujuan yang sesuai untuk perkembangan penciptaan kontrak dengan klien. Klien yang masih berada pada tahap kelambanan mungkin tidak segera menunjukkan perkembangan dalam menemukan nilai-nilai yang lebih besar dalam hidup. Jenis kontrak yang layak disepakati bersama dan klien diberi motivasi.

Lingkungan Perkembangan [Donald H. Blocher]



Sebuah tesis sentral dari buku ini telah menjadi pandangan bahwa konselor memiliki peran sentral profesional memfasilitasi pengembangan manusia. Kita tahu bahwa pengembangan merupakan proses interaksi antara individu dengan sifat yang melekat dan lingkungannya, terutama yang bagian dari lingkungan itu yang kita sebut masyarakat dan budaya.
Dalam upaya mereka untuk campur tangan dalam proses transaksi antara individu dan masyarakat, pendidik, dokter, hakim, pekerja sosial, dan orang-orang profesional lainnya hampir selalu cenderung untuk menganggap bahwa intervensi mereka harus diperhatikan terutama bagi individu yang harus diubah, disesuaikan, atau dimanipulasi untuk membawa dia ke sesuai dengan tuntutan dan tak diragukan lagi dipertanyakan kelompok, lembaga, atau komponen sosial budaya.
Hampir empat puluh tahun yang lalu, Lawrence Frank menyimpulkan miopia budaya profesi yang membantu dalam hal ini:
“Dalam setiap departemen dan aspek kehidupan sosial kita, kita menemukan pola berpikir yang sama tentang masyarakat kita: bahwa penyakit sosial berasal dari pelanggaran individu yang harus diperbaiki dan dihukum sehingga ... kekuatan sosial dan hukum sosial seharusnya dapat beroperasi tanpa halangan, sehingga pemecahan masalah sosial kita ... Maka, jika kita meninggalkan mitologi sosial ini, sebagai individu semakin mendesak, apa yang kita miliki sebagai alternatif? ... konsepsi budaya dan kepribadian, menekankan perilaku berpola manusia terhadap kelompok dan terhadap individu lainnya menawarkan beberapa janji membantu, untuk itu sekaligus menunjukkan bahwa masyarakat kita adalah salah satu dari berbagai cara pola dan kehidupan pengorganisasian dan bahwa apa yang orang lakukan untuk baik atau jahat dalam menanggapi tuntutan budaya dan kesempatan menawarkan mereka”
Untuk konselor perkembangan, sudut pandang ini menawarkan perspektif untuk intervensi dan fasilitasi program yang seimbang. Konselor percaya pada kebebasan individu dan tanggung jawab individu sebagai nilai-nilai vital manusia. Bagaimanapun, dia tidak, cukup naif untuk menyangkal bahwa nilai terhebat dari perilaku manusia secara langsung ditentukan oleh lingkungan dan yang sangat sering cara yang paling efektif dan produktif untuk mengubah perilaku adalah dengan intervensi dengan lingkungan serta dengan individu.
Konsep ini memiliki relevansi besar untuk perumusan peran konselor. Konselor tidak ada dalam kekosongan. Sebaliknya, mereka ada di dalam institusi yang mungkin didedikasikan untuk pengembangan manusia. Dalam arti, bab ini bisa saja disebut  "Peran Konselor Perkembangan", untuk itu kesepakatan dasarnya dengan kemampuan konselor untuk berfungsi sebagai agen perubahan yang dapat mempromosikan pengembangan manusia dengan mengintervensi dalam lingkungan sosial di mana perkembangan yang terjadi. Konselor berkomitmen untuk menciptakan lingkungan di dalam perkembangan manusia yang difasilitasi dan merangsang bukan yang terbelakang dan stagnan.
Konselor perkembangan tertarik dalam memodifikasi situasi lingkungan baik di dalam dan tanpa pengaturan kelembagaan di mana ia beroperasi. Dia campur tangan dalam cara yang memungkinkan bagi klien untuk menghubungkan diri mereka dengan lingkungan dan mereaksikannya dalam membentuk  pertumbuhan yang maksimal.
Seorang siswa mungkin dihadapkan dengan sebuah keluarga, sosial, atau situasi dalam sekolah yang ia ditolak untuk menjadi dirinya sendiri, di mana ia secara konsisten diharapkan menjadi sesuatu yang lain bahwa dia merasa dia, ingin menjadi, atau dapat menjadi. Dia bisa, melalui konseling atau tanpa itu, memilih untuk menghubungkan dirinya untuk situasi seperti itu dengan melawannya secara aktif, dengan "mati rasa" dan melawan itu pasif, atau mungkin dengan menarik diri secara fisik. Tak satu pun dari strategi ini benar-benar dapat menghasilkan pertumbuhan yang maksimal dalam menentukan perkembangan masa depannya. 

Dasar-dasar Filosofis Konseling [Donald H. Blocher]



Salah satu pertanyaan yang sering diulang mengenai konseling bahwa konseling tersebut terfokus untuk mendapatkan hakekat kebebasan. Konseling bertujuan untuk membangun tanggung jawab (Patterson[14]). Konseling merupakan suatukebebasan yang bertanggung jawab”. Konseling juga merupakan, rencana yang sistematis yang berhubungan dengan kehidupan orang lain . Dengan tujuan untuk memperbaiki tingkah laku seseorang. Jika konselor melakukan tugasnya dengan baik, maka tujuan dari proses konseling dapat mempengaruhi kehidupan, derajat, dan juga tujuan perubahan tingkah laku seseorang.

ARTI PENTING FILOSOFI  KONSELING
Salah satu pertanyaan filosofis dasar yang harus dihadapi setiap konselor adalah peran gandanya sebagai seorang penasehat bagi individu dalam memutuskan suatu pilihan dengan kebebasan disatu sisi, dan disisi lain sebagai pembentuk perilaku manusia.
Seiring munculnya teknologi yang canggih dan dapat mempengaruhi perilaku manusia, menjadikan pertanyaan- pertanyaan sedikit berpengaruh terhadap filosofi kurang diperhatikan. Hasil penelitian mengenai psikologi experimental, menunjukkan bahwa perilaku verbal seseorang pada saat wawancara dapat dibentuk melalui dukungan. Krumboltz dan Thoreson  menunjukkan bahwa teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku berikutnya diluar wawancara.
Teknologi yang lebih mutakhir/ canggih lainnya yang melibatkan obat- obatan dan memanipulasi keturunan manusia telah berpindah dari dunia fiksi ilmiah ke dalam kehidupan nyata dalam beberapa tahun ini. Dalam penelitian dan media masa menggambarkan suatu program “manusia mesin” yang telah berevolusi dengan pertimbangan  atau tidak ada pertimbangan terhadapi etika dan implikasi sosial.
Joseph krutch meringkas situasi ini dalam sebuah pernyataan bahwa ilmuan tidak berani mengabaikan tingkahlaku:
Sebagai pengaruh, kekuasaan otoritas dan dalam masyarakat kita, karena mereka keluar dari pandangan filsuf dan teologi ke dalam tangan mereka yang menyebut dirinya “insinyur manusia” apakah mereka memfungsikan diri sebagai anggota parlemen, wartawan, guru, psikologi, atau bahkan pernah menjadi manajer iklan bahkan itu berlalu dari mereka menyadari pertimbangan nilai bagi mereka yang tidak lulus ke tangan orang- orang yang bertindak sangat inklusif dan menentukan penilaian. Sementara percaya  bahwa mereka bertindak atas prinsip- prinsip yang terbukti dengan sendirinya kebal dari kritik. Mereka tidak tau apa yang membuat mereka dan membuat kita ke dalam dan menolak untuk mengizinkan kita untuk menanyakan sejauh usaha mereka untuk kondisi manusia pada siapa mereka berlatih teknik keberhasilan. Mereka membuat sekecil mungkin bahwa asumsi mereka pernah menentukan akan dipertanyakan (9, p.29).
Kecuali konselor bersedia untuk diklasifikasikan dengan mereka yang tidak menyadari asumsi filosofis  yang mendasari pekerjaan mereka dan  memberikan perhatian secara cermat atas penilaian yang mereka buat.

Menuju Ekologi Perubahan Manusia [Donald H. Blocher]

Diterjemahkan oleh :
No Name; Mahasiswa BK '10 A FKIP UNS

Aleksander, Pahlawan  12 tahun dari novel Ben Piazza, The Exact and Very Strange Truth, berusaha mengatasi satu dari kenyataan – kenyataan ketika dia menyadari, “Aneh, bagaimana segala sesuatu berubah secara tiba – tiba. Hal yang dapat menjadi sesuatu hari ini, dan besok menjadi sesuatu yang berlawanan ini adalah kenyataan yang pasti dan sangat aneh”. Seorang profesor terkenal mendekati masa pensiun dengan rasa panik yang meningkat.
Perubahan – perubahan yang terjadi dengan diri mereka dan dalam dunia dimana mereka tinggal. Pengalaman – pengalaman membentuk pola dan struktur dari apa yang kita sebut perkembangan  manusia bagi pengamat yang serius, mereka membentuk apa yang Robert White sebut sebagai “Penelitian Kehidupan”.
Bagaimana manusia berhubungan dengan perubahan? Bagaimana mereka mengatasi tekanan dan stimlasi dalam lingkungan  mereka? Apakah perubahan apa yang terjadi di masing – masing kehidupan itu teratur dan dapat diprediksi? Bagaimana beberapa orang tampak berhasil mencapai tingkat pengendalian dan penguasaan tingkat tinggi terhadap serangkaian peristiwa dari hidup mereka sementara bagi yang lain itu tampak sebagai serangkaian tantangan yang tidak terpenuhi dan bencana.
Ada beberapa pertanyaan yang konselor hadapi, sebagaimana Tyler kutip, percaya bahwa “Tujuan konseling psikologis adalah untuk memfasilitasi perkembangan “sudut pandang ini adalah yang dipegang oleh sekelompok orang dalam profesi yang menolong. Utamanya guru, konselor sekolah, mentri, ahli psikologi, pekerja sosial dan dokter telah berhenti menyesuaikan orang dengan permintaan sebuah budaya yang berubah dan sebuah masyarakat sakit mereka telah memulai menghentikan dari menentukan obat mujarab yang tidak ada untuk orang sakit yang dirasakan. Akhirnya, mereka telah menenangkan di sendiri dalam image mereka sendiri, individual – individual yang berbeda secara luas dari usaha untuk membentuk ke dalam latar belakang kebutuhan dan nilai. Merubah perhatian dan usaha mereka pada tugas membantu orang lain untuk waspada dan belajar  mendesak beberapa tingkat pengawasan pada kehidupan mereka sendiri dan untuk membantu masyarakat untuk belajar membentuk lingkungan yang mendukung pola perkembangan individual manusia.
Konselor perkembangan secara sadar dan berencana mencampuri kehidupan manusia lainnya untuk mengubah tingkah laku dan pengalaman. Satu kebebasan yang tidak ada makhluk hidup dapat nikmati adalah kebebasan untuk tetap sama. Semua orang berubah baik secara fisiologis dalam diri mereka dan hubungan mereka pada dunia luar. Kebebasan manusia terletak bukan dalam kemampuan yang untuk bertahan atau melindungi diri dari perubahan, tapi dari kemampuan kita untuk ikut serta sepenuh mungkin.

Sumber-sumber Teori Konseling [Donald H. Blocher]



Teori tugas perkembangan individu atau suatu sudut pandang yang mana menjadi dasar dari praktek profesional masih  jauh dari kata mudah. Sebagaimana telah kita lihat, hal itu dimulai dengan kesadaran diri tajam dan kerja menyeluruh melalui isu-isu filosofis dan pertanyaan nilai yang mendasari pemilihan tujuan  dan metode profesional.
Selain sumber-sumber teori introspektif, bagaimanapun juga, konselor dihadapkan dengan sebuah perang yang luas, atau mungkin lebih tepatnya, sebuah kekacauan yang kadang-kadang bertentangan, sering tumpang tindih, dan selalu bersaing dengan teori kepribadian, perubahan perilaku, dan intervensi psikologis. Di satu sisi banyak dari teori ini membentuk apa yang hampir bisa dilihat sebagai semacam cerita rakyat atau mitologi dari ilmu perilaku modern yang saat ini muncul. Salah satu fakta malang yang harus dihadapi oleh konselor adalah bahwa teori psikologis kita sejauh ini gagal untuk menghasilkan satu tubuh yang terpadu dan terorganisir dengan baik dari pengetahuan tentang perilaku manusia yang menjadi dasar prakteknya konselor profsional.
Simak
Baca secara fonetik
Teori psikologi cenderung bertambah banyak dan dipadukan oleh pertambahan bukti empiris. Penganut pendekatan tertentu cenderung yang bersaing bukan untuk mencari area umum penyelidikan dan menyepakati aturan-aturan sesuai bukti yang akan digunakan untuk mengurangi perbedaan teoritis. Ketika dialog antara kelompok-kelompok yang bersaing telah terjadi, mereka sering ditandai dengan kurangnya kebijaksaan dengan tidak memihak diskusi yang memajukan pengetahuan.
Di sini dilakukan usaha untuk membangun tiga model praktik konseling, yang masing-masing didasarkan atas landasan teoritis tertentu yang menekankan pendekatan khusus untuk pengembangan kepribadian manusia dan mengubah perilaku. Model ini sebagai pendekatan yang menekankan seting tertentu dari "sumber keuntungan." Dengan kata lain, masing-masing model intervensi konseling yang dibangun di sekitar sebuah pendekatan yang ditujukan untuk memaksimalkan serangkaian faktor psikologi atau efek yang mendasari teori sebagai pemegang peranan penting untuk mengubah konstruktif dan pertumbuhan klien. Kami istilahkan hal-hal tersebut sebagai faktor sumber keuntungan dalam upaya konseling.

A.       MODEL HUBUNGAN
Konseling Model hubungan merupakan suatu pendekatan yang dikembangkan dari sebagian besar karya Carl Rogers. Pada awalnya ini disebut dengan teori yang berpusat pada klien, tapi teori pendekatan ini telah dikembangkan di sekitar karya sejumlah psikolog sehingga teori pendekatan ini cenderung bergabung dengan beberapa aspek dari psikologi eksistensial yang kadang-kadang disebut sebagai "Kekuatan Ketiga" dalam  psikologi. Mungkin saat ini istilah yang paling tepat digunakan dalam mengacu pada dasar teoritis yang mendasari model hubungan adalah "Psikologi Humanistik." Dampak dari pertumbuhan  pendekatan ini cukup signifikan untuk dipertimbangkan sebagai rekan ketiga untuk psikoanalisis dan behaviorisme sebagai kekuatan utama dalam pengembangan psikologi Amerika.
Psikologi humanistik pada dasarnya telah dikembangkan kurang lebih dari penggabungan tiga unsur utama. Yang pertama dari unsur ini tumbuh dari psikologi persepsi yang kadang-kadang disebut teori medan persepsi. Singkatnya, pendekatan ini berpendapat bahwa semua perilaku adalah fungsi dari persepsi individu saat ini berperilaku. Dengan kata lain, orang berperilaku sesuai dengan bagaimana hal-hal yang tampak pada  mereka. Aspek lingkungan sekitar mereka, dimana terdapat individu bereaksi disebut lapangan persepsinya. Bidang ini merupakan realitas persepsi kepada individu dan selalu diselenggarakan yang berkenaan dengan konsep individu tentang dirinya sendiri. Pendekatan ini fenomenologis artinya pendekatan ini menafsirkan bahwa setiap individu menjadi pusat dari pribadi mereka sendiri dan sebagian besar dunia pribadinya tentang realitas, bukan sebagai operasi dalam sebuah masyarakat yang ditetapkan realitas yang  objektif.

Psikologi Persepsi
Sebagai pengubah persepsi, dan juga perilaku. Ketika orang melihat berbeda, mereka berperilaku berbeda. Dimana persepsi tidak jelas, perilaku bingung. Dimana persepsi yang jelas, perilaku dan tujuan-tujuan diarahkan dalam hal kebutuhan individu berpengalaman. Perilaku adalah fungsi dari persepsi individu, konseling intervensi harus ditujukan untuk membantu seorang individu untuk memahami diri dan lingkungan dengan lebih jelas. Untuk berperilaku efektif, seseorang harus melihat dunia sebagai akurat dan dengan sebagai distorsi sesedikit mungkin. Persepsi bagaimanapun adalah fungsi dari beberapa variabel. Hal ini berkaitan dengan (a) kesehatan pribadi (b) nilai dan tujuan, dan (c) konsep diri.
Persepsi ini dipengaruhi oleh ancaman serius. Orang cenderung melihat apa yang pantas untuk orang dengan konsep diri mereka untuk melihat. Konsep diri sendiri atau struktur adalah kekuatan inti yang mengorganisasikan faktor-faktor yang membentuk presepsi individu. Ketika konsep diri seseorang terancam, bidangnya persepsi akan menyempit dan terdistorsi. Dia hanya menanggapi ancaman aspek produksi dari bidangnya. Ketika terancam, Dia berusaha untuk membela keberadaan dirinya dan akibatnya persepsinya hanya pola yang ada.
Jika konseling adalah hasil dari persepsi yang berubah, maka harus mengurangi ancaman dan menghapus hambatan utama untuk persepsi yang lebih jelas dan perilaku lebih efektif. Dalam hal ini Hubungan konseling harus mengganti  kondisi yang mengurangi ancaman.