Sabtu, 13 Juli 2013

Masalah-masalah Belajar dan Pembelajaran

 

1.  JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR
Menurut prayitno (1994;90) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut:
a.  Keterampilan akademik
Yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegansi yang cukup tinggi,tetapi tidak dapat memanfaatkan nya secara optimal.
b.  Ketercepatan dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
c.   Sangat lambat dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbang kan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
d.  Kurang motifasi dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak malas dan jerah
e.  Besikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar
Yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau pebuatan belajar nya sehari-hari antagonistic dengan yang seharus nya,seperi suka menunda-nunda tugas,mengulur waktu,membenci guru,tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui nya
Menurut modul diagnostic kesulitan belajar dan pengajaran remedial,beberapa cirri-ciri tingkah laku yang yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain
a.  Menunjukan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok nya atau dibawah potensi yang dimilikinya
b.  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
c.   Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
d.  Menunjukan sikap yang kurang wajar
e.  Menunjukan tingakah laku yang berkelainan
f.    Menunjukan emosional yang kurang wajar

2.  FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBUL NYA MASALAH BELAJAR
a.    Factor yang besumber dari diri pribadi
b.    Factor yang besumber dari lingkungan sekolah
c.    Factor yang besumber dari lingkungan keluarga
d.    Factor yang besumber dari lingkungan masyarakat

3.  CARA PENGUNGKAPAN MASALAH BELAJAR
a.  Tes kemampuan dasar
b.  Melalui pengisian AUM PTSDL
c.  Tes diagnostic
d.  Analisis hasil belajar

4.  UPAYA PENENTASAN MASALAH BELAJAR
a.  Pengajaran perbaikan : Pengajaran perbaikan meupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
b.    Program pengayaan : Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada baik seseorang atau sekelompok siswa yang sangat cepat dalam belajar.
c.    Peningkat motivasi belajar : Disekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar,tetapi sebagian lain mungkin belum,disisi lain,mungkin juga ada siswa yang semula motif nya amat kuat tetapi menjadi pudar. Tingakah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas,bosan dan sebagainya dapat dijadikan indicator kurang motifasi dalam belajar.
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motifasi belajar siswa menurut Prayitno (1994) adalah :
a.    Memperjelas tujuan-tujuan belajar,siswa akan didorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau saran yang hendak dicapai.
b.    Menyesuaikan pengajaran dengan bakat,kemampuan dan minat siswa.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang,meransang dan menyenangkan
d.    Memberikan hadiah (penguatan dan hukum bila perlu)
e.    Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid,serta antara murid dengan murid
f.    Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
g.    Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h.    Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan belajar yang tidak diharap kan. Bila siswa tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik akan dicapai melalui usaha atau kerja keras
i.     Layanan konseling individual : Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan lansung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tatap muka ini klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasan nya melalui proses konseling individual

http://www.oenoen.co.cc/2010/12/masalah-masalah-belajar-dan.html

Masalah-masalah yang muncul ketika setelah proses belajar:


Beberapa perilaku yang merupakan dampak dari masalah yang timbul dari sebelum dan dalam proses belajar, antara lain:
  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya dan berujung pada rasa minder
  2. Kurangnya Kemampuan untuk Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan. Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.
  3. Kemampuan Berprestasi. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
  4. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
  5. Tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
  6. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  7. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
  8. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
  9. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan peserta didik  tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru.
  10. Peserta didik tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
  11. Peserta didik tidak berhasil dalam tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)

Masalah-masalah yang muncul Ketika Proses Belajar

  1. Masalah fisik. Misalnya kurangnya daya penglihatan, hal ini akan menyebabkan peserta didik tidak dapat berkonsentrasi dan merasa tidak nyaman ketika guru sedang mengajarkan mata pelajaran. 
  2. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran dan guru yang mengampu mapel tertentu. Ketika anak tidak memiliki minat terhadap mata pelajaran maupun terhada guru yang mengampu mapel tersebut, maka anak dalam menjalani proses belajar tidak akan sepenuhya memperhatikan mata pelajaran tersebut. Karena minat rasa ingin tau anak mengenai pelajaran tersebut sangat minim dan ia tidak menyukai guru tersebut
  3. Tidak Konsentasi Belajar. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
  4. Tidak Dapat Mengolah Bahan Belajar. Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian.
    Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
  5. Kurangnya Menyimpan Perolehan Hasil Belajar. Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
  6. Tidak konsentrasi dalam belajar karena merasa takut, dibenci dan merasa akan selalu dihukum oleh guru.Perasaan takut akan mengakibatkan terganggunya peserta didik dalam proses belajar, anak akan pasif ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar, misalnya anak takut untuk menanyakan materi yang belum ia pahami dan ia kuasai kaena ia merasa takut ketika ia bertanya ia akan dimarahi oleh gurunya.
  7. Kurang Motivasi Belajar karena paksaan orang tua berbeda dengan apa yang diinginkan. Hal ini akan menganggu anak ketika dalam proses belajar, anak merasa terpaksa dalam mengikuti mata pelajara yang ada, karena ia tidak berminat dengan mata pelajaran SMA, ia lebih menyukai mapel yang ada di SMK.
  8. Keluarga Tidak utuh / Kurang Harmonis.  Suasana keluarga yang tidak harmonis akan mengakibatkan terganggunya anak dalam proses belajar, ia tidak dapat berkonsentrasi ketika guru sedang menerangkan mata pelajaran, tidak konsentrasinya anak dikarenakan fikiran anak tidak focus terhadap mapel tersebut karena ia sedang memikirkan masalah yang sedang terjadi dalam keluarganya. Sehingga ia hanya menyerap sedikit atau bahkan tidak dapat menyerap sama sekali dari mapel yang diterangkan oleh gurunya.
  9. Kurangnya Alat dan Sumber untuk Kegiatan Belajar.  Kurannya pengadaan alat dan sumber dapat menyebabkan terganggunya proses belajar bagi peserta didik. Karena dengan lengkapnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar maka proses belajar pun akan maksimal.
  10. Sarana dan Prasarana Pembelajaran yang tidak memadai.  Apabila sarana dan prasarana tidak memadai maka hal ini akan menganggu proses belajar siswa, misalnya laboratorium computer yang tidak memadai, maka siswa dalam mempelajari mapel computer, siswa tersebut tidak dapat belajar secara optimal dalam proses pembelajaran. 
  11. Metode Pembelajaran (guru) Membosankan dan kurang efektif. Metode pengajaran yang membosankan dan kurang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh siswa dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Ketika anak merasa sudah mulai bosan, tidak menutup kemungkinan bahwa anak akan merasa mengantuk, atau akan berbicara sendiri dengan temannnya, sehingga ia tidak memperhatikan materi apa yang sedang diajarkan oleh gurunya. Maka siswa dapat dikatakan tidak benar-benar mengalami proses belajar.
  12. Sukar Mengikuti Pelajaran di Sekolah (Kemampuan Intelektual). Kemampuan siswa didalam kelas antara siswa yang satu dengan siswa yang lain itu tidak sama, ada siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, jadi ketika guru sedang menerangkan materi ia langsung dapat memahaminya. Namun ada juga siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang sedang ataupun tergolong rendah. Siswa yang tergolong memiliki kemampuan intelekual rendah, biasanya ia agak kesulitan untuk langsung dapat memahami apa yang sedang guru ajarkan. Hal ini dapat menganggu siswa dalam proses belajar.