Minggu, 18 Agustus 2013

Indahnya Kesenian Tari Karonsih



Begitu kayanya Budaya Kita, Indonesia. Selain sopan santun, keramahan, keeksotikan panorama dan keindahan tempat-tempat wisatanya, Indonesia memiliki berbagai suku bangsa dengan budaya yang beragam pula. Kesenian Wayang yang disuguhkan dengan kekhasan alunan musik gamelan Jawa, Reog Ponorogo yang begitu banyak diminati oleh Turis Asing, beragam Seni Tari yang begitu cantik dipandang mata, dan masih banyak budaya lain yang dimiliki oleh Negara Kita, INDONESIA.
Ada selembar sejarah yang melandasi dari semua kebudayaan yang Kita miliki, salah satunya adalah “Tarian Karosih” yang dapat kita jumpai di Tanah Jawa.
Tarian Karonsih menceritakan kisah kasih percintaan antara putri Galuh Candra Kirana atau Dyah Sekartadji dengan kekasihnya bernama Panji Asamara Bangun. Galuh adalah putri dari Kertamerta asal kerajaan di Kediri, dan Panji Asmara Bangun adalah putra dari Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala.  Dari sinilah tarian ini sering digunakan atau dimainkan pada acara resepsi pernikahan, yang seolah-olah percintaan kedua mempelai bagaikan cinta kasihnya antara Galuh Candra Kirana dengan Panji Asmara Bangun.
Iringan gending diawali dengan Ketawang Pangkur Ngrenas pelog lima terus gansaran kemudian dilanjutkan Ketawang Kinanthi Sandhung, lanjut Lambangsari dan terakhir Ladrang Sigramangsah. Ada dua versi yaitu versi pelog dan versi slendro.
Bagi teman-teman yang ingin tahu bagaimana keindahan “Tarian Karonsih” Kita, monggo Silahkan Lihat Videonya disini.





#diambil dari berbagai sumber.

Sabtu, 13 Juli 2013

Masalah-masalah Belajar dan Pembelajaran

 

1.  JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR
Menurut prayitno (1994;90) mengemukakan masalah belajar sebagai berikut:
a.  Keterampilan akademik
Yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegansi yang cukup tinggi,tetapi tidak dapat memanfaatkan nya secara optimal.
b.  Ketercepatan dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
c.   Sangat lambat dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbang kan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
d.  Kurang motifasi dalam belajar
Yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak malas dan jerah
e.  Besikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar
Yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau pebuatan belajar nya sehari-hari antagonistic dengan yang seharus nya,seperi suka menunda-nunda tugas,mengulur waktu,membenci guru,tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui nya
Menurut modul diagnostic kesulitan belajar dan pengajaran remedial,beberapa cirri-ciri tingkah laku yang yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain
a.  Menunjukan hasil belajar yang rendah dibawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok nya atau dibawah potensi yang dimilikinya
b.  Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan
c.   Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar
d.  Menunjukan sikap yang kurang wajar
e.  Menunjukan tingakah laku yang berkelainan
f.    Menunjukan emosional yang kurang wajar

2.  FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBUL NYA MASALAH BELAJAR
a.    Factor yang besumber dari diri pribadi
b.    Factor yang besumber dari lingkungan sekolah
c.    Factor yang besumber dari lingkungan keluarga
d.    Factor yang besumber dari lingkungan masyarakat

3.  CARA PENGUNGKAPAN MASALAH BELAJAR
a.  Tes kemampuan dasar
b.  Melalui pengisian AUM PTSDL
c.  Tes diagnostic
d.  Analisis hasil belajar

4.  UPAYA PENENTASAN MASALAH BELAJAR
a.  Pengajaran perbaikan : Pengajaran perbaikan meupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar siswa.
b.    Program pengayaan : Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada baik seseorang atau sekelompok siswa yang sangat cepat dalam belajar.
c.    Peningkat motivasi belajar : Disekolah sebagian siswa mungkin telah memiliki motif yang kuat untuk belajar,tetapi sebagian lain mungkin belum,disisi lain,mungkin juga ada siswa yang semula motif nya amat kuat tetapi menjadi pudar. Tingakah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas,bosan dan sebagainya dapat dijadikan indicator kurang motifasi dalam belajar.
Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motifasi belajar siswa menurut Prayitno (1994) adalah :
a.    Memperjelas tujuan-tujuan belajar,siswa akan didorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau saran yang hendak dicapai.
b.    Menyesuaikan pengajaran dengan bakat,kemampuan dan minat siswa.
c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang,meransang dan menyenangkan
d.    Memberikan hadiah (penguatan dan hukum bila perlu)
e.    Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid,serta antara murid dengan murid
f.    Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu
g.    Melengkapi sumber dan peralatan belajar.
h.    Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang bersikap dan berkebiasaan belajar yang tidak diharap kan. Bila siswa tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik dikhawatirkan mereka tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik akan dicapai melalui usaha atau kerja keras
i.     Layanan konseling individual : Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan lansung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tatap muka ini klien dapat menyampaikan masalah-masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasan nya melalui proses konseling individual

http://www.oenoen.co.cc/2010/12/masalah-masalah-belajar-dan.html

Masalah-masalah yang muncul ketika setelah proses belajar:


Beberapa perilaku yang merupakan dampak dari masalah yang timbul dari sebelum dan dalam proses belajar, antara lain:
  1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya dan berujung pada rasa minder
  2. Kurangnya Kemampuan untuk Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan. Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jika siswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan.
  3. Kemampuan Berprestasi. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
  4. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah.
  5. Tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
  6. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
  7. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
  8. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
  9. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan peserta didik  tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru.
  10. Peserta didik tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
  11. Peserta didik tidak berhasil dalam tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)