BAB 1
[Prof. Dr. Soeharto, M.Pd]
A.
Pendekatan
Bimbingan dan Konseling
Myrick
(1993) mengemukakan bahwa pada beberapa tahun terakhir ini telah berkembang
empat pendekatan dasar dalam
bimbingan dan konseling, yaitu pendekatan-pendekatan: krisis, remedial, pencegahan, dan perkembangan (Muro & Kottman, 1995:4-5).
Dalam
pendekatan krisis, konselor menunggu sampai ada beberapa tipe krisis dan
kemudian melangkah ke tindakan membantu individu dalam krisis atau kesulitan
mengatasi masalahnya. Dalam pendekatan ini, semua ahli atau konselor seringkali
menggunakan teknik-teknik mengatasi krisis dan menentukan masalah.
Dalam
pendekatan remedial, konselor memfokuskan pada kelemahan-kelemahan yang dapat
diukur dan mencoba meremidinya. Tujuan intervensi ini adalah mengatasi kemungkinan
anak mengalami krisis. Banyak strategi yang dapat digunakan dalam pendekatan
remedial ini, seperti: mengajarkan ketrampilan-ketrampilan kepada siswa dalam
belajar dan sosial yang belum mereka miliki.
Dalam
pendekatan pencegahan, konselor mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan
mencegahnya agar tidak terjadi. Pendekatan pencegahan ini didasarkan pada
pemikiran bahwa jika konselor dapat mendidik siswa tentang bahayanya aktivitas
tertentu dan cara-cara menghindarinya sebelum mereka melakukannya, konselor
akan dapat mencegahnya dari perbuatan yang demikian itu. Teknik-teknik yang
digunakan di dalam pendekatan ini adalah pengajaran dan memberikan informasi.
Pendekatan perkembangan
adalah pendekatan yang lebih proaktif daripada tiga pendekatan lainnya itu.
Konselor yang menggunakan pendekatan perkembangan, mengindentifikasi
ketrampilan-ketrampilan dan pengalaman-pengalaman khusus yang perlu siswa-siswa
miliki agar agar berhasil dalam hidupnya. Karena program bimbingan dan konseling
perkembangan ini didasarkan pada hasil yang dicapai siswa (students outcomes), maka konselor merancang suatu ”kurikulum
bimbingan” yang di dalamnya ada aktivitas-aktivitas yang sesuai perkembangan
dan menyediakan informasi dan praktek, sehingga siswa-siswa mempunyai
kesempatan untuk mencapai setiap ketrampilan itu. Konselor, guru, atau personil
sekolah lainnya dapat menyampaikan berbagai unsur dari suatu kurikulum
bimbingan perkembangan (Reynolds, 1993). Teknik-teknik intervensi yang
digunakan dalam pendekatan ini, meliputi: pengajaran, bermain peran, latihan,
dan konseling. Konselor yang menggunakan pendekatan perkembangan ini akan
menggunakan unsur-unsur intervensi krisis, membangun ketrampilan, kerja
remedial, program-program pencegahan, dan suatu kurikulum bimbingan yang
komprehensif (Baker, 1992; Myrick, 1993). Konselor mengembangkan hasil yang
dicapai siswa dan rencana-rencana untuk mencapai hasil-hasil itu bagi ranah
akademik, sosial, dan karir (Reynolds, 1993).
Sebagaimana
kita ketahui, saat ini telah terjadi perubahan paradigma tentang pendekatan
bimbingan dan konseling utamanya bimbingan dan konseling di sekolah, dari
pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada
konselor; kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan pencegahan,
yaitu pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau Bimbingan dan Konseling
Komprehensif (Comprehensive Guidance and
Counseling).
Pelayanan
Bimbingan dan Konseling Perkembangan (komprehensif) didasarkan pada upaya
pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan
masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar
kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga
bimbingan dan konseling berbasis standar (standard
based guidance and counseling) (Ditjen PMPTK Depdiknas, 2007:194).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar