Pada
Bab I kita mempelajari tentang
tujuan dan asumsi-asumsi konseling
perkembangan dan menunjukkan
peran
yang muncul untuk
praktek profesional berdasarkan pandangan ekologi perkembangan individu. Pandangan demikian,
telah muncul dari model yang digambarkan
sebagai kesehatan mental masyarakat atau pendekatan yang tidak terjangkau,
dan telah muncul dalam literatur selama beberapa tahun (1) (5) (8).
Dari perspektif
ekologi tujuan utama konselor perkembangan adalah untuk memfasilitasi interaksi antara klien dengan lingkungannya yang
akan menghasilkan pertumbuhan
klien secara optimal dan
berorientasi pada dirinya. Dalam arti
sosial yang lebih luas konselor perkembangan juga sangat berhubungan dengan pemeliharaan hubungan dalam lingkungan
belajar yang positif dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat yang akan
mendukung dan meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan dari semua anggota. Banyak dari lingkungan belajar yang ada di
lembaga ini mendukung penuh pertumbuhan
dan perkembangan manusia. Kritik terhadap
pendidikan modern, misalnya, telah menegaskan bahwa anak sekolah tidak akan
pernah kembali lagi pada keadaan psikologis yang dulu karena dia sudah masuk dalam sekolah formal (6)
(9).
Dengan
demikian, tampak jelas bahwa konselor
perkembangan akan berfungsi dalam
lingkungan
klien sebagai pusat
perubahan lingkungan (7). Sehingga
konselor perkembangan berfungsi sebagai
seorang ilmuwan sosial yang menerapkannya
dengan menggunakan alat-alat yang diberikan oleh psikologi sosial kepadanya dan untuk memfasilitasi
perkembangan yang positif dalam
sistem-sistem manusia yang mempengaruhi kliennya (1) (3). Banyak pertimbangan
yang terlibat dalam peran seperti telah diuraikan dalam Bab 6 dan 12.
Dalam kerangka
ekologi, seperti yang kita
bahas dalam Bab I, klien dapat dilihat
baik sebagai
individu atau sebagai sistem
sosial yang lebih besar seperti seluruh keluarga, teman, kelas, atau bahkan sekolah yang lengkap atau organisasi
masyarakat. Karena berbagai
masalah dan situasi yang dapat diidentifikasi dalam kerangka ekologi, nampak jelas bahwa konselor perkembangan, akan menggunakan berbagai
pendekatan agar lebih efektif.
Ini termasuk teknik konsultasi,
kelompok kerja kecil, keterampilan
pengembangan
organisasi, dan metode pengajaran langsung, serta konseling individu dengan pendekatan tradisional. Pada kesempatan yang lain, konselor perkembangan juga terlibat dalam konseling dengan guru tentang
masalah pengelolaan kelas, memberitahuan
orang
tua atau efektivitas guru
kursus, menjalankan keterampilan interpersonal, pemilihan jurusan atau kelompok peningkatan akademik untuk
siswa, atau terlibat dalam
menjalankan staf atau lokakarya pengembangan organisasi dengan administrator sekolah atau tokoh
masyarakat. Ini bukan berarti
konselor perkembangan akan berhenti untuk
terlibat dalam satu-persatu
sesi konseling dengan berbagai klien. Memang, banyak kesempatan lain konselor perkembangan
harus bekerja dengan system yang
lebih besar, yang akan memunculkan kesuksesan dan keterampilan dalam
konseling individu.
Seperti kita lihat dalam Bab 3, masalah utama pada konseling adalah
kemampuan pengembangan dan teori permasalahan, banyak dari teori-teori ini telah berkembang diluar ilmu dasar
atau percobaan dan sudah diujikan dalam skala yang relatif kecil.
Orientasi
ekologis konselor disajikan dengan berbagai situasi yang lebih luas. misalnya
ia tertarik, dalam memfasilitasi pertumbuhan anak tertindas, ia peduli dengan
perkembangan pendidikan kejuruan dan sepanjang kehidupan manusia, ia cemas
dengan pertumbuhan profesionalnya sendiri dan orang lain yang bekerja dengan
kliennya. Ia secara aktif terlibat dalam pendidikan orang tua dan kegiatan
pengembangan masyarakat.
Dalam
bab terakhir ini kita mencoba untuk menyimpulkan bersama dari materi yang
dibahas dalam bab-bab sebelumnya untuk memberikan gambaran, model konseling
ekletik yang sistematis untuk konseling perkembangan. Model eklektik ini pada
dasarnya menggambarkan keragaman sumber informasi
yang diperoleh.
Dalam
bab 4 dan 5, kita mempelajari beberapa kerangka perkembangan efektifitas
manusia dalam memahami kebutuhan, masalah, dan potensi klien. Semua faktor ini tentu
ditetapkan dengan interaksi klien dan lingkungannya.
Sebagai
konselor perkembangan yang bekerja dengan banyak orang, ia menjadi konsultan dan
desainer pertumbuhan yang memproduksi pengalaman dari lingkungan. Dengan kata
lain konselor perkembangan, telah menyediakan berbagai sumber daya untuk
memfasilitasi interaksi yang konstruktif antara klien dengan dunia fisik,
sosial, atau psikologis. Memang, relevansi kerangka perkembangan terletak pada
kegunaannya dalam membantu konselor dan klien untuk memilih di antara sumber
daya yang tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan klien pada titik tertentu
dalam ruang dan waktu.
Seperti
sumber daya yang tersedia untuk mendukung kehidupan klien, konselor dapat
beroperasi dalam satu dari dua model dasar. Dia mungkin bekerja secara langsung
dengan klien dalam media hubungan tatap muka yang sangat pribadi dalam
konseling individual atau kelompok (lihat Bab 9 dan 10).. Dalam bab-bab
sebelumnya, kita menguji konsep lingkungan perkembangan dan modifikasi perilaku
yang memberikan contoh modus tidak langsung berfungsi konselor.
A. Unsur Penting
Dalam Konseling Perkembangan
1.
Faktor Hubungan
Pertama, pengalaman
pembelajaran yang paling penting bagi manusia terjadi dalam hubungan antar
pribadi. Pola perilaku manusia umumnya kompleks. Mereka
melibatkan pola yang terintegrasi dari pikiran, perasaan, dan tindakan. Umumnya
mereka melibatkan interaksi sosial. Kita sekarang tahu (lihat Bab 9) bahwa
orang cenderung untuk berubah, tumbuh, dan belajar dalam hal pola-pola perilaku
yang signifikan ketika mereka merasa adanya kehangatan, empati, harmoni, dan perhatian
yang positif. Dalam beberapa teori unsur ini digambarkan sebagai penyembuhan, disisi
lain hal tersebut dianggap sebagai faktor yang memungkinkan penguatan sosial untuk
beroperasi.
Bagaimanapun penggambarannya
hal ini mewakili sumber yang sangat penting dihampir semua situasi belajar. Ada
beberapa bukti untuk mendukung gagasan bahwa hanya beberapa orang berbakat yang
dapat membentuk hubungan ini. Sebaliknya, agar terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, setiap manusia harus disentuh oleh hubungan tersebut
sepanjang hidupnya.
Maka
konselor perkembangan tidak hanya
melihat dirinya sebagai mesin
dalam hubungan seperti itu tetapi
lebih sebagai fasilitator yang
memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia
dan ketrampilan didalam pelatihan dan konsultasi, seperti ia dapat meningkatkanhubungan dalam variasi system sosial untuk memperkaya
lingkungan kliennya.
2.
Proses
komunikasi
Unsur penting kedua dalam
konseling yang terkait erat dengan kondisi hubungan melibatkan proses
komunikasi. Memang, kondisi hubungan yang benar-benar diterapkan melalui proses
komunikasi, Konselor yang menciptakan keterbukaan, jaringan komunikasi yang
luas di sekitar dan dalam sistem klien. Kesempatan bagi manusia untuk belajar
dan tumbuh ditingkatkan ketika mereka mampu saling memberi, jelas dan jujur
dalam menyampaikan pesan tentang kebutuhan dan aspirasi mereka. Seperti unsur
hubungan dan komunikasi mulai menjembatani jarak psikologis sosial yang
memisahkan orang-orang yang berbeda usia, jenis kelamin, memperkaya lingkungan
mereka dalam hal rangsangan dan kesempatan.
Ketika pola kejujuran,
kepercayaan, dan komunikasi tentang pengungkapan diri mulai terbuka,
kemungkinan untuk tumbuh menjadi berlipat ganda. Model konseling kelompok T
dibangun di sekitar proses kelompok yang membangun kepercayaan dan membuka
komunikasi (lihat Bab 11). Teknik yang dikenal dalam konseling individual
seperti refleksi dan klarifikasi sama-sama dirancang untuk membuka komunikasi
(lihat Bab 10).
Banyak pekerjaan konselor
perkembangan dalam modus yang tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pola
komunikasi antara orangtua dan anak, guru dan siswa, guru dan orang tua, atau
kelompok yang kadang-kadang bertentangan dengan lainnya. Maka fungsi konselor
perkembangan sebagai spesialis komunikasi atau hubungan yang menciptakan sistem
komunikasi sementara untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu, atau membantu
meningkatkan pola komunikasi dalam sistem permanen seperti keluarga atau
sekolah yang memungkinkan mereka memperbarui dan meningkatkan diri..
3.
Proses kognitif
Unsur penting ketiga dalam
proses konseling perkembangan adalah adalah perubahan kognitif. Kebanyakan
perkembangan pengalaman belajar melibatkan cara-cara baru berpikir tentang
diri, orang lain, atau dunia. Umumnya, pengalaman tersebut memperoleh,
mengatur, mengintegrasikan dan menerapkan ide-ide baru dan informasi. Mereka
memiliki beban untuk menceritakan pengalaman lama dan cara-cara baru untuk
berhubungan dengan masa sekarang dan masa depan. George Kelly menggambarkan
aspek konseling sebagai konstruksi pribadi baru. Konstruksi itu seperti menentukan
tujuan, nilai, dan aspirasi serta harga diri.
Proses yang sangat berkaitan
dengan kenyataan, mengatasi stres, dan menguasai lingkungan yang kompleks ini
sangat ditentukan oleh peta kognitif atau kerangka kerja konseptual dimana
individu menganalisis, memahami, dan memprediksi peristiwa penting dalam
kehidupan mereka sendiri.
4.
Proses Perubahan
Perilaku
Unsur penting keempat dalam
proses konseling perkembangan melibatkan perubahan perilaku yang jelas. Sama
seperti semua teori konseling "berpusat pada klien", jadi semua
pendekatan teori konseling "modifikasi perilaku" dalam pengertian
umum. Banyak kekurangan diperoleh dari unsur-unsur pemikiran, perasaan, dan
bertindak atau berperilaku.
Untuk orang yang
mengembangkan cara-cara manusia seutuhnya mereka harus belajar untuk bersikap
terang-terangan dalam pola yang efektif, punya maksud tertentu, dan manusiawi.
Kita tahu bahwa banyak perilaku manusia dipengaruhi oleh rangsangan yang datang
langsung dari lingkungannya. Pada kenyataannya kita sebagai konselor, tidak
memiliki cara untuk menjangkau mereka kecuali dengan menjadi bagian dari
lingkungannya. Pengetahuan konselor secara teknikal membentuk perilaku terbuka,
peka, penggunaan model sosial dan efek rencana tertentu dari penguatan adalah
semua unsur yang digunakan untuk membantu orang mengaktualisasikan potensi
mereka secara penuh.
B. Model
Ekletik yang Sistematis
Unsur-unsur penting yang
telah dijelaskan diatas dapat diintegrasikan ke dalam suatu model sistematis
untuk memandu konselor perkembangan dalam praktek profesional. Model ini
memiliki keuntungan yang menyajikan semacam peta kognitif yang dapat digunakan
konselor untuk mendekati rentang situasi yang sangat luas yang disajikan oleh
pendekatan ekologis.
Dalam model ini ia mampu melakukan
campur tangan langsung dan tidak langsung, menggunakan sumber-sumber
menguntungkan yang diwakili oleh kondisi hubungan, proses komunikasi, batasan
kognitif, pembelajaran sosial dan bentuk instrumental, dan fungsi dalam
kelompok atau konseling individual, atau format konsultasi.
Model eklektik yang
sistematis digambarkan dalam gambar 16-1. Kita dapat membahasnya lebih lanjut
dan menjelaskan proses yang terlibat secara rinci. Model eklektik yang
sistematis mengasumsikan bahwa langkah pertama dari semua proses konseling
perkembangan dimulai dari diri konselor, nilai-nilai, tujuan, dan komitmen yang
menunjukkan identitas profesionalnya. Hal ini dianggap penting bahwa konselor
benar-benar mengerti tujuan pribadinya tentang kebutuhan akan hubungan dan
persepsi dari kekuatan klien dan lingkungan kerjanya, sebelum dia mulai campur
tangan dengan sistem kliennya. Prinsip ini dapat dinyatakan dalam dalil dasar
model eklektik yang sistematis.
Dalil Satu: Konselor perkembangan memahami dirinya
sendiri dan sistem dimana ia beroperasi sebelum ia mengintervensi secara aktif.
Konselor perkembangan
kemudian meninjau lingkungan belajar yang relevan atau lingkungan perkembangan
dimana dia bekerja untuk menemukan peluang untuk memajukan tujuan
profesionalnya. Dia bersikap pro-aktif bukan reaktif, berhubungan untuk membuat
atau menangkap peluang untuk memperkaya kualitas produksi lingkungan. Dari posisi pro-aktif konselor
menilai kebutuhan populasi klien dan secara aktif merencanakan proyek yang akan
ditujukan kepada kebutuhan tersebut. Proyek-proyek tersebut dapat melibatkan
konselor dengan orang tua, guru, administrator, kegiatan ekstrakurikuler,
organisasi mahasiswa, atau komunitas aksi. Dia tidak hanya mondar-mandir untuk
berhubungan di kantornya, namun tidak berarti ia mengabaikan mereka.
Langkah ini dapat disimpulkan dalam dalil dasar kedua.
Dalil Dua: konselor
perkembangan secara aktif menciptakan peluang yang akan memaksimalkan tujuan
profesional dasarnya. Dia memiliki kontrol positif terhadap pengeluaran
waktunya dan menaksir sumber kebutuhan populasi klien dan sumber daya investasi
dalam hal kelayakan dan hasil dalam prioritas profesionalnya.
Sebagai konselor yang
mengidentifikasi perkembangan kelompok dan situasi yang menggambarkan
kemungkinan kesempatan untuk memfasilitasi sistem pertumbuhan pokok manusia, ia
memulainya dengan membangun komunikasi dan interaksi yang akan memungkinkan
keterbukaan, kejujuran, dan berita penting untuk disebarkan ke berbagai arah.
Komunikasi dan interaksi yang dikembangkan dalam proses ini ditandai dengan
empati, kepercayaan, kepedulian, dan keselarasan.
Fase dari model eklektik yang
sistematis ini dapat diringkas dalam dalil ketiga:
Dalil Tiga: Cara untuk mulai membantu setiap manusia
adalah dengan mendengarkan dan membantu klien mengintrospeksi dirinya dalam konteks
empatik kepercayaan dan interaksi.
Setelah jaringan komunikasi
dan hubungan sudah berhasil dibuat, tahap berikutnya dari model ini melibatkan
negosiasi secara terbuka dan langsung dengan sistem klien untuk sampai pada
saling mendefinisikan dan menyepakati kontrak perkembangan atau program aksi. Jadi,
jelas bahwa jenis negosiasi dan proses klarifikasi hanya dapat terjadi ketika
kondisi komunikasi dan hubungan telah ditetapkan.
Hal ini sangat penting bahwa
fase negosiasi yang benar-benar mewakili sebuah proses kolaborasi yang saling
melibatkan bukan menipu dimana konselor benar-benar memaksakan tujuan,
kebutuhan, dan nilai-nilai pada sistem klien. Hasil utama dari tahap ini adalah
komitmen bersama pada konselor dan klien
dalam satu kumpulan yang cukup spesifik dan memungkinkan tercapainya tujuan.
Fase ini diringkas dalam dalil empat:
Dalil Empat: Pertumbuhan manusia mudah terjadi ketika
tujuannya jelas, disepakati bersama dan ketika komitmen publik diperoleh secara
jelas dan membangun.
Setelah menyelesaikan tahap
negosiasi, urutan pembelajaran dimulai,
pertama, klien dibantu memperoleh informasi baru atau konsep yang diperlukan
untuk memahami sepenuhnya baik sarana dan tujuan yang terlibat dalam
pelaksanaan kontrak perkembangan. Kita mencatat bahwa informasi baru dan ide
hanya disajikan jika relevan dengan kebutuhan klien melalui kontrak
perkembangan. Prosedur mengajar akan digunakan dalam penyajian materi kognitif
baru yang sederhana, jelas, hati-hati dan mendapatkan umpan balik yang sering
diurutkan dari klien untuk memastikan pemahaman yang terjadi. Konselor dapat
menggunakannya secara singkat, penyampaian lisan secara langsung dan dialog
atau memanfaatkan bahan bacaan yang dipilih dengan hati-hati atau menggunakan audio-visual
dalam fase ini. Dia selalu memberikan kesempatan kepada klien untuk
berpartisipasi dan diskusi aktif.
Setelah pemahaman dan konsep
telah diperoleh dari klien, berikutnya konselor mengatur sasaran baru untuk
pemodelan perilaku yang kompleks yang terlibat dalam kontrak perkembangan
sistem klien. Konselor mungkin membuat model keterampilan interpersonal baru
secara langsung dalam proses konseling, dia dapat mengatur klien untuk
mengamati atau mewawancarai seseorang yang dirasa klien sebagai orang yang
memiliki kemiripan dengannya, tinggi statusnya, dan model tersebut telah diakui
ketinggian tingkat kinerja. Sekali lagi kesempatan yang memadai untuk diskusi
dan keterlibatan selama tahap pemodelan harus disediakan.
Target perilaku yang
kompleks sekarang harus dipecah menjadi bagian-bagian yang teratur dan berbeda kemudian
proses perbaikan kesalahan pembelajaran dimulai. Klien harus memiliki
kesempatan untuk praktek yang memadai tentang keterampilan khusus dan untuk
penguatan penampilan yang berturut turut. Langkah ini dapat dicapai dengan
memainkan peran sederhana atau sesi pembalikan peran, uji coba singkat dari
perilaku baru yang spesifik (seperti ketrampilan belajar) atau dapat
menggunakan umpan balik dari orang lain yang signifikan seperti orangtua, guru,
atau anggota kelompok.
Perilaku kompleks sekarang
disatukan kembali dalam situasi simulasi. Situasi ini mungkin seperti bermain
peran, praktek aktif perilaku interpersonal yang baru dengan teman-teman
(seperti dalam tugas penetapan peran, untuk menjadi lebih tegas atau lebih
sensitif) atau mungkin praktek yang lebih formal atau teknik pengambilan tes
keterampilan belajar. Penting bahwa tercapainya situasi yang aman, berisiko
rendah, umpan balik yang tidak mengancam tentang kualitas keseluruhan kinerja,
seringkali terjadi secara alamiah dan spontan dalam proses kelompok atau
situasi wawancara.
Urutan ini lebih rumit dan
kompleks dari yang lain, yang dijelaskan dalam model eklektik sistematis. Hal
ini diringkas dalam dalil lima.
Dalil Lima: Manusia mempelajari perilaku kompleks baru dengan sebaik-baiknya
ketika disajikan dengan jelas, eksplisit dan model peran yang diikuti dengan
pelatihan diskriminasi dan prosedur pembentukan, diikuti oleh pengawasan praktik
dalam pengawasan yang aman.
Urutan berikutnya adalah
kegiatan mengarahkan transfer belajar dan pemeliharaan pembelajaran dalam
lingkungan yang sebenarnya di mana ia digunakan. Konselor mengikuti klien
sebagai upaya untuk menanggapi masalah nyata dengan cara-cara baru. Dia juga
mencoba untuk mengatur perilaku baru yang akan didukung dan didorong oleh
individu lainnya atau subsistem yang signifikan. Dalil dasarnya sebagai
berikut:
Dalil Enam : Proses memberikan bantuan tidak lengkap sampai sistem klien
telah berhasil belajar dalam situasi nyata dan mendapatkan pengalaman.
Urutan terakhir melibatkan
evaluasi adalah terlihat pada Gambar 16-2, pada dasarnya, ini memerlukan perbandingan
keberhasilan berupa perlakuan khusus dengan hasil khusus terhadap populasi
tertentu dan menggunakan informasi ini untuk meningkatkan kinerja dan penetapan
tujuan. (lihat Bab 14). Dalil yang terakhir ini Sederhana:
Dalil Tujuh: praktek profesional hanya dapat meningkatkan
umpan balik yang akurat tentang hasil yang tersedia.
Dalam pembahasan sebelumnya,
model eklektik yang sistematis untuk praktik konseling singkat dan abstrak.
Untuk pertama kalinya teori ini kelihatan sangat kompleks dan tidak praktis. Hal
ini telah bekerja dengan sukses,bahkan dalam banyak situasi konseling. Berikut
adalah beberapa contoh penggunaannya yang diambil dari pengalaman konselor
dengan ekologi lingkungan, seperti ia memasuki lingkungan belajar aktif yang
diwakili oleh Sebuah SMP.
Deskripsi pekerjaan berikut
ini adalah hasil dari upaya konselor untuk menentukan bidang keahlian dengan
jelas, tujuan umum yang profesional dengan pertimbangan untuk kebutuhannya dan
kebutuhan lembaga pendidikan yang dimasukinya. Administrator, konselor lain,
guru, orang tua menggunakan bagan ini sebagai stimulus untuk negosiasi lebih
lanjut tentang tujuan Sekolah dan masukan konselor untuk sistem (Langkah 1 Gambar
16-11.)
1. Keahlian dalam pengembangan staf dan konseling dengan
guru dalam bidang berikut :
a.
Dinamika
kelompok
b.
Keterampilan
komunikasi
c.
Keterampilan
dalam membuat keputusan
d.
Keterampilan
belajar
e.
Pengembangan
siswa
f.
Perbedaan
individu
g.
Pengembangan
komunikasi
h.
Orang tua dan /
atau keluarga konseling
2. Pelatihan dan keahlian dalam konseling dengan staf dan
administrasi yang menyangkut masalah:
a.
Hubungan manusia
b.
Pengembangan
organisasi
c.
Pengembangan
kurikulum
3. Keahlian dan pengalaman dalam mengorganisir dan
melaksanakan:
a.
Kelompok
peningkatan akademik
b.
Kelompok
keterampilan interpersonal
c.
Kelompok perencanaan
pendidikan kejuruan
4. Keterampilan dalam konseling individu dengan siswa
yang memiliki kebutuhan khusus dan keprihatinan.
5. Kemampuan untuk melakukan kegiatan penilaian dan
diagnostik dalam hal jenis berikut masalah:
a.
Kesulitan
belajar.
b.
Rujukan masalah
Khusus (gangguan kepribadian dan disfungsi belajar)
c.
Bakat dan minat
Kejuruan
Contoh
1
Sebuah
contoh tentang bagaimana pendekatan pilihan sistematik ini dapat diuraikan
dalam konsultasi konselor dengan guru baru berikut . Konselor mengungkapkan
keinginan untuk membantu guru baru dengan masalah tertentu yang mereka hadapi.
Ketidakpuasan
yang terjadi dalam salah satu pelajarannya mendorong guru untuk berhadapan
dengan konselor. Setelah rasa percaya dan memahami terbentuk dalam hubungan
mereka, guru mengundang konselor untuk hadir dikelasnya dan mengamati interaksi
kelas.
Dalam
periode persiapan, konselor sangat memahami hubungan yang dia bentuk dengan
guru. Sebelum mengakhiri sesi ini, konselor dan guru baru meninjau lagi nilai
pendekatan khusus ini dan secara bersama-sama mencapai kesepakatan di lain waktu untuk mengevaluasi.
Contoh 2
Enam
siswa mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dalam
kelompok pengembangan akademis. Konselor dengan jelas menentukan tujuannya untuk kelompok tersebut dan memutuskan untuk
setiap siswa apakah tujuannya sesuai dengan kelompok khusus ini. Setelah
ditentukan, konselor meminta anggota kelompok potensial secara terbuka
menyatakan sasaran perilaku mereka pada kelompok tersebut dalam sesi pertama /
kedua, memberikan komitmen diri untuk membantu kelompok lain dalam kelompok, dan membebaskan
kelompok tersebut untuk mengetahui keputusan lain apapun yang bisa mereka
nilai kelompok tersebut mengetahui keputusan. Pada sesi
terakhir, konselor meminta untuk membuat gambaran kelompok tersebut tentang
bagaimana mereka saling melihat partisipasi anggota dan pergerakan kelompok
terhadap tujuannya. Ini berfungsi sebagai titik awal untuk evaluasi secara
umum dan sesi timbal balik untuk keseluruhan kelompok
pengembangan akademis dan bagi konselor.
Contoh 3
Dengan
mengetahui kepentingan dalam menjalankan pelatihan kerja untuk staf, kepala sekolah
meminta konselor untuk mendesain lokakarya untuk sepuluh guru selama musim
panas. Lokakarya delapan hari yang
berjalan selama empat jam per hari ini mempunyai beberapa sasaran:
a. Untuk membantu guru bertemu anggota komunitas dengan mudah.
b. Untuk menyusun petunjuk sumber daya komunitas bagi sekolah
c. Untuk menemukan rencana yang akan membantu lokakarya
guru ini dalam menarik guru lain di sekolah tersebut dalam membuat kontak
komunitas dan untuk memberikan tambahan petunjuk sumber daya komunitas.
d. Pada sesi penutupan lokakarya tersebut, anggota
meninjau tujuan awal mereka untuk mengevaluasi kemajuan mereka, merubah panduan
mereka, dan membentuk panitia untuk mengorganisir informasi yang diperoleh dari
lebih dari seratus kontak komunitas.
Satu
poin yang harus diperjelas adalah bahwa model tersebut tidak kaku atau
membatasi kerangka kerja yang dipergunakan dalam cara mekanis. Namun ini adalah
peta kognitif yang dipergunakan untuk menarik pertanyaan penting, mendefisikan
masalah penting, dan membuat keputusan professional saat dia berlanjut
mengerjakan setiap kasus.
Kita
telah menggambarkan model eklektik sistematis dari bingkai teoritis dan juga
berusaha untuk menggambarkannya melalui penggunaan contoh bagaimana model yang
digunakan dalam fungsi sehari-hari seorang konselor perkembangan. Model yang
digambarkan menyediakan kerangka kerja konseptual sistematis yang cukup
fleksibel untuk digunakan dalam berbagai macam situasi dan intervensi termasuk
konseling individual dan kelompok serta konsultasi dan pengembangan organisasi.
Model ini juga mengacu pada sumber-sumber keuntungan dalam memfasilitasi
perubahan perilaku yang mencakup kondisi hubungan, komitmen publik, model
pembelajaran kognitif, bentuk instrumen dan penguatan. Model ini juga mengurus
pengalihtanganan masalah dan pemeliharaan perilaku yang biasanya diabaikan
dalam sistem terapi orientasi.
Satu
hal pasti yang harus dibuat adalah bahwa model ini tidak kaku atau terbatas
digunakan dalam hal mekanis. Sebaliknya, modeal ini adalah peta kognitif yang
dimanfaatkan konselor untuk mengajukan pertanyaan penting, mendefinisikan
masalah penting, dan membuat keputusan profesional seperti ia memproses setiap
kasus.
Sebagai
contoh, konselor mempertimbangkan dengan sumber perolehan keuntungan ke dalam
pendekatan untuk klien tertentu, merencanakan urutan aktivitas, bergerak maju
atau mundur saat ia bertemu dengan keberhasilan atau perlawanan, dan dengan
hati-hati mengevaluasi hasil dari usahanya.
Hal
ini jelas bahwa setiap kasus dalam konseling akan berbeda perhatiannya atau membebani setiap langkah
dalam model. Seorang anak terasing yang tidak bahagia dan sangat rendah diri
mungkin memiliki beban yang sangat berat dalam hubungan dan tingkat komunikasi.
Pada saat kondisi dasar telah ditetapkan, tahap berikutnya dapat dicapai dengan
sangat cepat.
Dalam
setiap kasus, kebutuhan klien sebagaimana terungkap dalam pemeriksaan setiap
langkah, ruang kehidupan, dan faktor gaya hidup yang menentukan arah dan jarak
yang ditempuh dengan model eklektik yang sistematis.
DAFTAR PUSTAKA
Blochler, Donald H. 1974. Developmental
Counseling Chapter XVI. USA: Jhon Wiley & Sons, inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar