Sabtu, 15 September 2012

Model Eklektik yang Sistematis Untuk Konseling Perkembangan





Pada Bab I kita mempelajari tentang tujuan dan asumsi-asumsi konseling perkembangan dan menunjukkan peran yang muncul untuk praktek profesional berdasarkan pandangan ekologi perkembangan individu. Pandangan demikian, telah muncul dari model yang digambarkan sebagai kesehatan mental masyarakat atau pendekatan yang tidak terjangkau, dan telah muncul dalam literatur selama beberapa tahun (1) (5) (8).
Dari perspektif ekologi tujuan utama konselor perkembangan adalah untuk memfasilitasi interaksi antara klien dengan lingkungannya yang akan menghasilkan pertumbuhan klien secara optimal dan berorientasi pada dirinya. Dalam arti sosial yang lebih luas konselor perkembangan juga sangat berhubungan dengan pemeliharaan hubungan dalam lingkungan belajar yang positif dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat yang akan mendukung dan meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan dari semua anggota. Banyak dari lingkungan belajar yang ada di lembaga ini mendukung penuh pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kritik terhadap pendidikan modern, misalnya, telah menegaskan bahwa anak sekolah tidak akan pernah kembali lagi pada keadaan  psikologis yang dulu karena dia sudah masuk dalam sekolah formal (6) (9).
Dengan demikian, tampak jelas bahwa konselor perkembangan akan berfungsi dalam lingkungan klien sebagai pusat perubahan lingkungan (7). Sehingga konselor perkembangan berfungsi sebagai seorang ilmuwan sosial yang menerapkannya dengan menggunakan alat-alat yang diberikan oleh psikologi sosial kepadanya dan untuk memfasilitasi perkembangan yang positif dalam sistem-sistem manusia yang mempengaruhi kliennya (1) (3). Banyak pertimbangan yang terlibat dalam peran seperti telah diuraikan dalam Bab 6 dan 12.
Dalam kerangka ekologi, seperti yang kita bahas dalam Bab I, klien dapat dilihat baik sebagai individu atau sebagai sistem sosial yang lebih besar seperti seluruh keluarga, teman, kelas, atau bahkan sekolah yang lengkap atau organisasi masyarakat. Karena berbagai masalah dan situasi yang dapat diidentifikasi dalam kerangka ekologi, nampak jelas bahwa konselor perkembangan, akan menggunakan berbagai pendekatan agar lebih efektif. Ini termasuk teknik konsultasi, kelompok kerja kecil, keterampilan pengembangan organisasi, dan metode pengajaran langsung, serta konseling individu dengan pendekatan tradisional. Pada kesempatan yang lain,  konselor perkembangan juga terlibat dalam konseling dengan guru tentang masalah pengelolaan kelas, memberitahuan orang tua atau efektivitas guru kursus, menjalankan keterampilan interpersonal, pemilihan jurusan  atau kelompok peningkatan akademik untuk siswa, atau terlibat dalam menjalankan staf atau lokakarya pengembangan organisasi dengan administrator sekolah atau tokoh masyarakat. Ini bukan berarti konselor perkembangan akan berhenti untuk terlibat dalam satu-persatu sesi konseling dengan berbagai klien. Memang, banyak kesempatan lain konselor perkembangan harus bekerja dengan system yang lebih besar, yang akan memunculkan kesuksesan dan keterampilan dalam konseling individu.

 
Seperti kita lihat dalam Bab 3, masalah utama pada konseling adalah kemampuan pengembangan dan teori permasalahan, banyak dari teori-teori ini telah berkembang diluar ilmu dasar atau percobaan dan sudah diujikan dalam skala yang relatif kecil.
Orientasi ekologis konselor disajikan dengan berbagai situasi yang lebih luas. misalnya ia tertarik, dalam memfasilitasi pertumbuhan anak tertindas, ia peduli dengan perkembangan pendidikan kejuruan dan sepanjang kehidupan manusia, ia cemas dengan pertumbuhan profesionalnya sendiri dan orang lain yang bekerja dengan kliennya. Ia secara aktif terlibat dalam pendidikan orang tua dan kegiatan pengembangan masyarakat.
Dalam bab terakhir ini kita mencoba untuk menyimpulkan bersama dari materi yang dibahas dalam bab-bab sebelumnya untuk memberikan gambaran, model konseling ekletik yang sistematis untuk konseling perkembangan. Model eklektik ini pada dasarnya menggambarkan keragaman sumber informasi yang diperoleh.
Dalam bab 4 dan 5, kita mempelajari beberapa kerangka perkembangan efektifitas manusia dalam memahami kebutuhan, masalah, dan potensi klien. Semua faktor ini tentu ditetapkan dengan interaksi klien dan lingkungannya.
Sebagai konselor perkembangan yang bekerja dengan banyak orang, ia menjadi konsultan dan desainer pertumbuhan yang memproduksi pengalaman dari lingkungan. Dengan kata lain konselor perkembangan, telah menyediakan berbagai sumber daya untuk memfasilitasi interaksi yang konstruktif antara klien dengan dunia fisik, sosial, atau psikologis. Memang, relevansi kerangka perkembangan terletak pada kegunaannya dalam membantu konselor dan klien untuk memilih di antara sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan pertumbuhan klien pada titik tertentu dalam ruang dan waktu.
Seperti sumber daya yang tersedia untuk mendukung kehidupan klien, konselor dapat beroperasi dalam satu dari dua model dasar. Dia mungkin bekerja secara langsung dengan klien dalam media hubungan tatap muka yang sangat pribadi dalam konseling individual atau kelompok (lihat Bab 9 dan 10).. Dalam bab-bab sebelumnya, kita menguji konsep lingkungan perkembangan dan modifikasi perilaku yang memberikan contoh modus tidak langsung berfungsi konselor.

A.    Unsur Penting Dalam Konseling Perkembangan
1.      Faktor Hubungan
Pertama, pengalaman pembelajaran yang paling penting bagi manusia terjadi dalam hubungan antar pribadi. Pola perilaku manusia umumnya kompleks. Mereka melibatkan pola yang terintegrasi dari pikiran, perasaan, dan tindakan. Umumnya mereka melibatkan interaksi sosial. Kita sekarang tahu (lihat Bab 9) bahwa orang cenderung untuk berubah, tumbuh, dan belajar dalam hal pola-pola perilaku yang signifikan ketika mereka merasa adanya kehangatan, empati, harmoni, dan perhatian yang positif. Dalam beberapa teori unsur ini digambarkan sebagai penyembuhan, disisi lain hal tersebut dianggap sebagai faktor yang memungkinkan penguatan sosial untuk beroperasi.
Bagaimanapun penggambarannya hal ini mewakili sumber yang sangat penting dihampir semua situasi belajar. Ada beberapa bukti untuk mendukung gagasan bahwa hanya beberapa orang berbakat yang dapat membentuk hubungan ini. Sebaliknya, agar terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, setiap manusia harus disentuh oleh hubungan tersebut sepanjang hidupnya.
Maka konselor perkembangan tidak hanya melihat dirinya sebagai mesin dalam hubungan seperti itu tetapi lebih sebagai fasilitator yang memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan ketrampilan didalam pelatihan dan konsultasi, seperti ia dapat meningkatkanhubungan dalam variasi system sosial untuk memperkaya lingkungan kliennya.
2.      Proses komunikasi
Unsur penting kedua dalam konseling yang terkait erat dengan kondisi hubungan melibatkan proses komunikasi. Memang, kondisi hubungan yang benar-benar diterapkan melalui proses komunikasi, Konselor yang menciptakan keterbukaan, jaringan komunikasi yang luas di sekitar dan dalam sistem klien. Kesempatan bagi manusia untuk belajar dan tumbuh ditingkatkan ketika mereka mampu saling memberi, jelas dan jujur dalam menyampaikan pesan​​ tentang kebutuhan dan aspirasi mereka. Seperti unsur hubungan dan komunikasi mulai menjembatani jarak psikologis sosial yang memisahkan orang-orang yang berbeda usia, jenis kelamin, memperkaya lingkungan mereka dalam hal rangsangan dan kesempatan.
Ketika pola kejujuran, kepercayaan, dan komunikasi tentang pengungkapan diri mulai terbuka, kemungkinan untuk tumbuh menjadi berlipat ganda. Model konseling kelompok T dibangun di sekitar proses kelompok yang membangun kepercayaan dan membuka komunikasi (lihat Bab 11). Teknik yang dikenal dalam konseling individual seperti refleksi dan klarifikasi sama-sama dirancang untuk membuka komunikasi (lihat Bab 10).
Banyak pekerjaan konselor perkembangan dalam modus yang tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki pola komunikasi antara orangtua dan anak, guru dan siswa, guru dan orang tua, atau kelompok yang kadang-kadang bertentangan dengan lainnya. Maka fungsi konselor perkembangan sebagai spesialis komunikasi atau hubungan yang menciptakan sistem komunikasi sementara untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu, atau membantu meningkatkan pola komunikasi dalam sistem permanen seperti keluarga atau sekolah yang memungkinkan mereka memperbarui dan meningkatkan diri..
3.      Proses kognitif
Unsur penting ketiga dalam proses konseling perkembangan adalah adalah perubahan kognitif. Kebanyakan perkembangan pengalaman belajar melibatkan cara-cara baru berpikir tentang diri, orang lain, atau dunia. Umumnya, pengalaman tersebut memperoleh, mengatur, mengintegrasikan dan menerapkan ide-ide baru dan informasi. Mereka memiliki beban untuk menceritakan pengalaman lama dan cara-cara baru untuk berhubungan dengan masa sekarang dan masa depan. George Kelly menggambarkan aspek konseling sebagai konstruksi pribadi baru. Konstruksi itu seperti menentukan tujuan, nilai, dan aspirasi serta harga diri.
Proses yang sangat berkaitan dengan kenyataan, mengatasi stres, dan menguasai lingkungan yang kompleks ini sangat ditentukan oleh peta kognitif atau kerangka kerja konseptual dimana individu menganalisis, memahami, dan memprediksi peristiwa penting dalam kehidupan mereka sendiri.
4.      Proses Perubahan Perilaku
Unsur penting keempat dalam proses konseling perkembangan melibatkan perubahan perilaku yang jelas. Sama seperti semua teori konseling "berpusat pada klien", jadi semua pendekatan teori konseling "modifikasi perilaku" dalam pengertian umum. Banyak kekurangan diperoleh dari unsur-unsur pemikiran, perasaan, dan bertindak atau berperilaku.
Untuk orang yang mengembangkan cara-cara manusia seutuhnya mereka harus belajar untuk bersikap terang-terangan dalam pola yang efektif, punya maksud tertentu, dan manusiawi. Kita tahu bahwa banyak perilaku manusia dipengaruhi oleh rangsangan yang datang langsung dari lingkungannya. Pada kenyataannya kita sebagai konselor, tidak memiliki cara untuk menjangkau mereka kecuali dengan menjadi bagian dari lingkungannya. Pengetahuan konselor secara teknikal membentuk perilaku terbuka, peka, penggunaan model sosial dan efek rencana tertentu dari penguatan adalah semua unsur yang digunakan untuk membantu orang mengaktualisasikan potensi mereka secara penuh.

B.     Model Ekletik yang Sistematis
Unsur-unsur penting yang telah dijelaskan diatas dapat diintegrasikan ke dalam suatu model sistematis untuk memandu konselor perkembangan dalam praktek profesional. Model ini memiliki keuntungan yang menyajikan semacam peta kognitif yang dapat digunakan konselor untuk mendekati rentang situasi yang sangat luas yang disajikan oleh pendekatan ekologis.
Dalam model ini ia mampu melakukan campur tangan langsung dan tidak langsung, menggunakan sumber-sumber menguntungkan yang diwakili oleh kondisi hubungan, proses komunikasi, batasan kognitif, pembelajaran sosial dan bentuk instrumental, dan fungsi dalam kelompok atau konseling individual, atau format konsultasi.
Model eklektik yang sistematis digambarkan dalam gambar 16-1. Kita dapat membahasnya lebih lanjut dan menjelaskan proses yang terlibat secara rinci. Model eklektik yang sistematis mengasumsikan bahwa langkah pertama dari semua proses konseling perkembangan dimulai dari diri konselor, nilai-nilai, tujuan, dan komitmen yang menunjukkan identitas profesionalnya. Hal ini dianggap penting bahwa konselor benar-benar mengerti tujuan pribadinya tentang kebutuhan akan hubungan dan persepsi dari kekuatan klien dan lingkungan kerjanya, sebelum dia mulai campur tangan dengan sistem kliennya. Prinsip ini dapat dinyatakan dalam dalil dasar model eklektik yang sistematis.
Dalil Satu: Konselor perkembangan memahami dirinya sendiri dan sistem dimana ia beroperasi sebelum ia mengintervensi secara aktif.
Konselor perkembangan kemudian meninjau lingkungan belajar yang relevan atau lingkungan perkembangan dimana dia bekerja untuk menemukan peluang untuk memajukan tujuan profesionalnya. Dia bersikap pro-aktif bukan reaktif, berhubungan untuk membuat atau menangkap peluang untuk memperkaya kualitas produksi  lingkungan. Dari posisi pro-aktif konselor menilai kebutuhan populasi klien dan secara aktif merencanakan proyek yang akan ditujukan kepada kebutuhan tersebut. Proyek-proyek tersebut dapat melibatkan konselor dengan orang tua, guru, administrator, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi mahasiswa, atau komunitas aksi. Dia tidak hanya mondar-mandir untuk berhubungan di kantornya, namun tidak berarti ia mengabaikan mereka.
Langkah ini dapat disimpulkan dalam dalil  dasar kedua.
Dalil  Dua: konselor perkembangan secara aktif menciptakan peluang yang akan memaksimalkan tujuan profesional dasarnya. Dia memiliki kontrol positif terhadap pengeluaran waktunya dan menaksir sumber kebutuhan populasi klien dan sumber daya investasi dalam hal kelayakan dan hasil dalam prioritas profesionalnya.
Sebagai konselor yang mengidentifikasi perkembangan kelompok dan situasi yang menggambarkan kemungkinan kesempatan untuk memfasilitasi sistem pertumbuhan pokok manusia, ia memulainya dengan membangun komunikasi dan interaksi yang akan memungkinkan keterbukaan, kejujuran​​, dan berita penting untuk disebarkan ke berbagai arah. Komunikasi dan interaksi yang dikembangkan dalam proses ini ditandai dengan empati, kepercayaan, kepedulian, dan keselarasan.
Fase dari model eklektik yang sistematis ini dapat diringkas dalam dalil ketiga:
Dalil Tiga: Cara untuk mulai membantu setiap manusia adalah dengan mendengarkan dan membantu klien mengintrospeksi dirinya dalam konteks empatik kepercayaan dan interaksi.
Setelah jaringan komunikasi dan hubungan sudah berhasil dibuat, tahap berikutnya dari model ini melibatkan negosiasi secara terbuka dan langsung dengan sistem klien untuk sampai pada saling mendefinisikan dan menyepakati kontrak perkembangan atau program aksi. Jadi, jelas bahwa jenis negosiasi dan proses klarifikasi hanya dapat terjadi ketika kondisi komunikasi dan hubungan telah ditetapkan.
Hal ini sangat penting bahwa fase negosiasi yang benar-benar mewakili sebuah proses kolaborasi yang saling melibatkan bukan menipu dimana konselor benar-benar memaksakan tujuan, kebutuhan, dan nilai-nilai pada sistem klien. Hasil utama dari tahap ini adalah komitmen bersama pada  konselor dan klien dalam satu kumpulan yang cukup spesifik dan memungkinkan tercapainya tujuan. Fase ini diringkas dalam dalil empat:
Dalil Empat: Pertumbuhan manusia mudah terjadi ketika tujuannya jelas, disepakati bersama dan ketika komitmen publik diperoleh secara jelas dan membangun.
Setelah menyelesaikan tahap negosiasi, urutan pembelajaran  dimulai, pertama, klien dibantu memperoleh informasi baru atau konsep yang diperlukan untuk memahami sepenuhnya baik sarana dan tujuan yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak perkembangan. Kita mencatat bahwa informasi baru dan ide hanya disajikan jika relevan dengan kebutuhan klien melalui kontrak perkembangan. Prosedur mengajar akan digunakan dalam penyajian materi kognitif baru yang sederhana, jelas, hati-hati dan mendapatkan umpan balik yang sering diurutkan dari klien untuk memastikan pemahaman yang terjadi. Konselor dapat menggunakannya secara singkat, penyampaian lisan secara langsung dan dialog atau memanfaatkan bahan bacaan yang dipilih dengan hati-hati atau menggunakan audio-visual dalam fase ini. Dia selalu memberikan kesempatan kepada klien untuk berpartisipasi dan diskusi aktif.
Setelah pemahaman dan konsep telah diperoleh dari klien, berikutnya konselor mengatur sasaran baru untuk pemodelan perilaku yang kompleks yang terlibat dalam kontrak perkembangan sistem klien. Konselor mungkin membuat model keterampilan interpersonal baru secara langsung dalam proses konseling, dia dapat mengatur klien untuk mengamati atau mewawancarai seseorang yang dirasa klien sebagai orang yang memiliki kemiripan dengannya, tinggi statusnya, dan model tersebut telah diakui ketinggian tingkat kinerja. Sekali lagi kesempatan yang memadai untuk diskusi dan keterlibatan selama tahap pemodelan harus disediakan.
Target perilaku yang kompleks sekarang harus dipecah menjadi bagian-bagian yang teratur dan berbeda kemudian proses perbaikan kesalahan pembelajaran dimulai. Klien harus memiliki kesempatan untuk praktek yang memadai tentang keterampilan khusus dan untuk penguatan penampilan yang berturut turut. Langkah ini dapat dicapai dengan memainkan peran sederhana atau sesi pembalikan peran, uji coba singkat dari perilaku baru yang spesifik (seperti ketrampilan belajar) atau dapat menggunakan umpan balik dari orang lain yang signifikan seperti orangtua, guru, atau anggota kelompok.
Perilaku kompleks sekarang disatukan kembali dalam situasi simulasi. Situasi ini mungkin seperti bermain peran, praktek aktif perilaku interpersonal yang baru dengan teman-teman (seperti dalam tugas penetapan peran, untuk menjadi lebih tegas atau lebih sensitif) atau mungkin praktek yang lebih formal atau teknik pengambilan tes keterampilan belajar. Penting bahwa tercapainya situasi yang aman, berisiko rendah, umpan balik yang tidak mengancam tentang kualitas keseluruhan kinerja, seringkali terjadi secara alamiah dan spontan dalam proses kelompok atau situasi wawancara.
Urutan ini lebih rumit dan kompleks dari yang lain, yang dijelaskan dalam model eklektik sistematis. Hal ini diringkas dalam dalil lima.
Dalil Lima: Manusia mempelajari perilaku kompleks baru dengan sebaik-baiknya ketika disajikan dengan jelas, eksplisit dan model peran yang diikuti dengan pelatihan diskriminasi dan prosedur pembentukan, diikuti oleh pengawasan praktik dalam pengawasan yang aman.
Urutan berikutnya adalah kegiatan mengarahkan transfer belajar dan pemeliharaan pembelajaran dalam lingkungan yang sebenarnya di mana ia digunakan. Konselor mengikuti klien sebagai upaya untuk menanggapi masalah nyata dengan cara-cara baru. Dia juga mencoba untuk mengatur perilaku baru yang akan didukung dan didorong oleh individu lainnya atau subsistem yang signifikan. Dalil dasarnya sebagai berikut:
Dalil Enam : Proses memberikan bantuan tidak lengkap sampai sistem klien telah berhasil belajar dalam situasi nyata dan mendapatkan pengalaman.
Urutan terakhir melibatkan evaluasi adalah terlihat pada Gambar 16-2, pada dasarnya, ini memerlukan perbandingan keberhasilan berupa perlakuan khusus dengan hasil khusus terhadap populasi tertentu dan menggunakan informasi ini untuk meningkatkan kinerja dan penetapan tujuan. (lihat Bab 14). Dalil yang terakhir ini Sederhana:
Dalil Tujuh: praktek profesional hanya dapat meningkatkan umpan balik yang akurat tentang hasil yang tersedia.
Dalam pembahasan sebelumnya, model eklektik yang sistematis untuk praktik konseling singkat dan abstrak. Untuk pertama kalinya teori ini kelihatan sangat kompleks dan tidak praktis. Hal ini telah bekerja dengan sukses,bahkan dalam banyak situasi konseling. Berikut adalah beberapa contoh penggunaannya yang diambil dari pengalaman konselor dengan ekologi lingkungan, seperti ia memasuki lingkungan belajar aktif yang diwakili oleh Sebuah SMP.
Deskripsi pekerjaan berikut ini adalah hasil dari upaya konselor untuk menentukan bidang keahlian dengan jelas, tujuan umum yang profesional dengan pertimbangan untuk kebutuhannya dan kebutuhan lembaga pendidikan yang dimasukinya. Administrator, konselor lain, guru, orang tua menggunakan bagan ini sebagai stimulus untuk negosiasi lebih lanjut tentang tujuan Sekolah dan masukan konselor untuk sistem (Langkah 1 Gambar 16-11.)





1.      Keahlian dalam pengembangan staf dan konseling dengan guru dalam bidang berikut :
a.    Dinamika kelompok
b.   Keterampilan komunikasi
c.    Keterampilan dalam membuat keputusan
d.   Keterampilan belajar
e.    Pengembangan siswa
f.    Perbedaan individu
g.   Pengembangan komunikasi
h.   Orang tua dan / atau keluarga konseling
2.      Pelatihan dan keahlian dalam konseling dengan staf dan administrasi yang menyangkut masalah:
a.       Hubungan manusia
b.      Pengembangan organisasi
c.       Pengembangan kurikulum
3.      Keahlian dan pengalaman dalam mengorganisir dan melaksanakan:
a.       Kelompok peningkatan akademik
b.      Kelompok keterampilan interpersonal
c.       Kelompok perencanaan pendidikan kejuruan
4.      Keterampilan dalam konseling individu dengan siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan keprihatinan.
5.      Kemampuan untuk melakukan kegiatan penilaian dan diagnostik dalam hal jenis berikut masalah:
a.       Kesulitan belajar.
b.      Rujukan masalah Khusus (gangguan kepribadian dan disfungsi belajar)
c.       Bakat dan minat Kejuruan




Contoh 1
Sebuah contoh tentang bagaimana pendekatan pilihan sistematik ini dapat diuraikan dalam konsultasi konselor dengan guru baru berikut . Konselor mengungkapkan keinginan untuk membantu guru baru dengan masalah tertentu yang mereka hadapi.
Ketidakpuasan yang terjadi dalam salah satu pelajarannya mendorong guru untuk berhadapan dengan konselor. Setelah rasa percaya dan memahami terbentuk dalam hubungan mereka, guru mengundang konselor untuk hadir dikelasnya dan mengamati interaksi kelas.
Dalam periode persiapan, konselor sangat memahami hubungan yang dia bentuk dengan guru. Sebelum mengakhiri sesi ini, konselor dan guru baru meninjau lagi nilai pendekatan khusus ini dan secara bersama-sama mencapai kesepakatan di lain  waktu untuk mengevaluasi.

Contoh 2
Enam siswa mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dalam kelompok pengembangan akademis. Konselor dengan jelas menentukan tujuannya untuk kelompok tersebut dan memutuskan untuk setiap siswa apakah tujuannya sesuai dengan kelompok khusus ini. Setelah ditentukan, konselor meminta anggota kelompok potensial secara terbuka menyatakan sasaran perilaku mereka pada kelompok tersebut dalam sesi pertama / kedua, memberikan komitmen diri untuk membantu kelompok lain dalam kelompok, dan membebaskan kelompok tersebut untuk mengetahui keputusan lain apapun yang bisa mereka nilai kelompok tersebut mengetahui keputusan. Pada sesi terakhir, konselor meminta untuk membuat gambaran kelompok tersebut tentang bagaimana mereka saling melihat partisipasi anggota dan pergerakan kelompok terhadap tujuannya. Ini berfungsi sebagai titik awal untuk evaluasi secara umum dan sesi timbal balik untuk keseluruhan kelompok pengembangan akademis dan bagi konselor.


Contoh 3
Dengan mengetahui kepentingan dalam menjalankan pelatihan kerja untuk staf, kepala sekolah meminta konselor untuk mendesain lokakarya untuk sepuluh guru selama musim panas.  Lokakarya delapan hari yang berjalan selama empat jam per hari ini mempunyai  beberapa sasaran:
a.       Untuk membantu guru bertemu anggota komunitas dengan mudah.
b.      Untuk menyusun petunjuk sumber daya komunitas bagi sekolah
c.       Untuk menemukan rencana yang akan membantu lokakarya guru ini dalam menarik guru lain di sekolah tersebut dalam membuat kontak komunitas dan untuk memberikan tambahan petunjuk sumber daya komunitas.
d.      Pada sesi penutupan lokakarya tersebut, anggota meninjau tujuan awal mereka untuk mengevaluasi kemajuan mereka, merubah panduan mereka, dan membentuk panitia untuk mengorganisir informasi yang diperoleh dari lebih dari seratus kontak komunitas.
Satu poin yang harus diperjelas adalah bahwa model tersebut tidak kaku atau membatasi kerangka kerja yang dipergunakan dalam cara mekanis. Namun ini adalah peta kognitif yang dipergunakan untuk menarik pertanyaan penting, mendefisikan masalah penting, dan membuat keputusan professional saat dia berlanjut mengerjakan setiap kasus.

Kita telah menggambarkan model eklektik sistematis dari bingkai teoritis dan juga berusaha untuk menggambarkannya melalui penggunaan contoh bagaimana model yang digunakan dalam fungsi sehari-hari seorang konselor perkembangan. Model yang digambarkan menyediakan kerangka kerja konseptual sistematis yang cukup fleksibel untuk digunakan dalam berbagai macam situasi dan intervensi termasuk konseling individual dan kelompok serta konsultasi dan pengembangan organisasi. Model ini juga mengacu pada sumber-sumber keuntungan dalam memfasilitasi perubahan perilaku yang mencakup kondisi hubungan, komitmen publik, model pembelajaran kognitif, bentuk instrumen dan penguatan. Model ini juga mengurus pengalihtanganan masalah dan pemeliharaan perilaku yang biasanya diabaikan dalam sistem terapi orientasi.
Satu hal pasti yang harus dibuat adalah bahwa model ini tidak kaku atau terbatas digunakan dalam hal mekanis. Sebaliknya, modeal ini adalah peta kognitif yang dimanfaatkan konselor untuk mengajukan pertanyaan penting, mendefinisikan masalah penting, dan membuat keputusan profesional seperti ia memproses setiap kasus.
Sebagai contoh, konselor mempertimbangkan dengan sumber perolehan keuntungan ke dalam pendekatan untuk klien tertentu, merencanakan urutan aktivitas, bergerak maju atau mundur saat ia bertemu dengan keberhasilan atau perlawanan, dan dengan hati-hati mengevaluasi hasil dari usahanya.
Hal ini jelas bahwa setiap kasus dalam konseling akan berbeda  perhatiannya atau membebani setiap langkah dalam model. Seorang anak terasing yang tidak bahagia dan sangat rendah diri mungkin memiliki beban yang sangat berat dalam hubungan dan tingkat komunikasi. Pada saat kondisi dasar telah ditetapkan, tahap berikutnya dapat dicapai dengan sangat cepat.
Dalam setiap kasus, kebutuhan klien sebagaimana terungkap dalam pemeriksaan setiap langkah, ruang kehidupan, dan faktor gaya hidup yang menentukan arah dan jarak yang ditempuh dengan model eklektik yang sistematis.


DAFTAR PUSTAKA

Blochler, Donald H. 1974. Developmental Counseling Chapter XVI. USA: Jhon Wiley & Sons, inc

Tidak ada komentar:

Posting Komentar