Salah satu pertanyaan yang sering diulang mengenai konseling
bahwa konseling tersebut terfokus untuk
mendapatkan
hakekat kebebasan. Konseling bertujuan untuk membangun tanggung jawab (Patterson[14]). Konseling merupakan suatu
“kebebasan yang bertanggung
jawab”. Konseling
juga merupakan,
rencana yang
sistematis yang berhubungan
dengan kehidupan orang lain . Dengan tujuan untuk memperbaiki tingkah laku seseorang.
Jika konselor melakukan tugasnya dengan baik, maka tujuan
dari proses konseling dapat mempengaruhi kehidupan, derajat, dan juga tujuan
perubahan tingkah laku seseorang.
ARTI PENTING FILOSOFI KONSELING
Salah
satu pertanyaan
filosofis dasar yang
harus dihadapi setiap konselor adalah peran gandanya sebagai
seorang penasehat bagi
individu dalam memutuskan suatu pilihan dengan kebebasan disatu sisi, dan disisi
lain sebagai pembentuk perilaku manusia.
Seiring munculnya teknologi yang canggih dan dapat
mempengaruhi perilaku manusia, menjadikan pertanyaan- pertanyaan sedikit
berpengaruh terhadap filosofi kurang diperhatikan. Hasil penelitian mengenai
psikologi experimental, menunjukkan bahwa perilaku verbal seseorang pada saat
wawancara dapat dibentuk melalui dukungan. Krumboltz dan Thoreson menunjukkan bahwa
teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku berikutnya diluar wawancara.
Teknologi
yang lebih mutakhir/ canggih
lainnya yang melibatkan obat- obatan dan memanipulasi keturunan manusia telah berpindah dari dunia fiksi ilmiah ke dalam kehidupan nyata dalam beberapa tahun ini.
Dalam penelitian dan media masa
menggambarkan suatu program “manusia
mesin” yang telah berevolusi dengan pertimbangan atau tidak ada pertimbangan terhadapi etika dan implikasi sosial.
Joseph krutch
meringkas situasi ini dalam
sebuah pernyataan bahwa ilmuan tidak berani mengabaikan
tingkahlaku:
Sebagai pengaruh, kekuasaan otoritas
dan dalam masyarakat kita, karena mereka keluar dari pandangan filsuf dan teologi ke dalam tangan
mereka yang menyebut dirinya “insinyur manusia” apakah mereka memfungsikan
diri sebagai anggota
parlemen, wartawan, guru, psikologi, atau bahkan pernah menjadi manajer iklan
bahkan itu berlalu dari mereka menyadari
pertimbangan nilai bagi mereka
yang tidak lulus ke tangan orang- orang yang bertindak sangat inklusif dan
menentukan penilaian. Sementara percaya
bahwa mereka bertindak atas prinsip- prinsip yang terbukti dengan
sendirinya kebal dari kritik. Mereka tidak tau apa yang membuat mereka dan membuat kita ke
dalam dan menolak untuk mengizinkan kita untuk menanyakan sejauh usaha mereka
untuk kondisi manusia pada siapa mereka berlatih teknik keberhasilan. Mereka membuat
sekecil mungkin bahwa asumsi mereka pernah menentukan akan dipertanyakan
(9, p.29).
Kecuali
konselor bersedia untuk
diklasifikasikan dengan
mereka yang tidak menyadari asumsi filosofis
yang mendasari pekerjaan mereka dan memberikan perhatian secara cermat atas penilaian yang mereka buat.
PERMASALAHAN MENGENAI NILAI-
NILAI DAN PENGARUHNYA
Penulis- penulis yang memiliki perbedaan pandangan, Sebagaimana
Patterson (13)
dan Williamson(19) menyetujui bahwa nilai yang ada pada diri klien tidak
dapat dijauhkan dari pengaruh nilai pada konselor.
Konselor berusaha untuk menyangkal tanggung jawab atas perubahan yang terjadi
pada kliennya dan hanya
akan mengakui ketidakefektifan secara
menyeluruh. Penelitian oleh Parloff (12) dan Rosenthal (15) cenderung
mendukung posisi bahwa perubahan
nilai- nilai dan sikap klien selama
proses konseling dan bahkan apabila terdapat kasus/ masalah yang berhasil
mencapai tujuan, maka perubahan tersebut akan memiliki kesamaan dengan sistem
nilai yang dimiliki oleh konselor.
Hobbs berpendapat bahwa: semua pendekatan untuk psikoterapi
tampaknya memiliki konsep yang lebih atau kurang diuraikan sifat manusia. (5,
p.76)
Hasil dari ambivalensi dan
kebingungan telah membuat konselor menghindari
berurusan dengan masalah atau area yang menjadi perhatian besar bagi klien, seperti perillaku seksual, agama,
atau politik. Namun untuk konseling perkembangan
semua area permasalahan tersebut harus tetap ditangani, karena konseling
perkembangan merupakan konseling nilai.
Williamson
mengatakan: banyak masalah perkembaganl dari klien timbul dari
gangguannya atau konflik diantara pilihan nilai yang telah terbuka baginya
untuk diadopsi sebagai motivasi dominan membimbing.
(19, p521)
Ketika konselor membahas terkait dengan nilai sensitif, beberapa klien merasa tidak nyaman dan berusaha menyamarkan atau
menyembunyikan system nilai- nilai
sebenarnya yang mereka miliki. Mereka sendiri tampaknya merasa
bahwa mereka harus menjadi netral, individual yang transparan. Permasalahan disini adalah sikap netral
dan individual yang transparan tersebut memiliki kapasitas yang sedikit dalam
membentuk hubungan antar pribadi yang hangat.
Seperti
Patterson mengatakan: konselor tidak harus berusaha untuk menjadi individu yang bermoral, etis, netralamoral
etis netral individual. Tujuan
tersebut tidak mungkin dicapai – karena dalam kehidupan kita semua memiliki
nilai. Upaya konselor untuk berpura- pura bahwa ia adalah amoral, tidak mungkin ia lakukan kepada kliennya, tetapi
juga memungkinkan konselor tampil
sebagai orang lain yang tidak seperti dirinya yang sebenarnya. (14, p.17)
Hal ini muncul bahwa sangat sedikit yang
tersisa untuk konselor kecuali untuk mencoba datang untuk mengatasi masalah
nilai yang dihadapi dan melibatkan pembangunan sebuah filosofi pribadi
konseling yang memungkinkan konselor untuk mengenali dan menangani masalah
nilai dengan cara membantu klien dan diterima oleh konselor sendiri.
KEBERSAMAAN DAN KONTRAK
PERKEMBANGAN
Beberapa pengamatan mengenai hakikat konseling cenderung bermanfaat untuk:
Pertama, hal ini memungkinkan
bagi konselor untuk menunjukkan
nilai- nilainya
dalam hubungan konseling tanpa
memakssakan nilai tersebut
pada
kliennya. Konselor dapat menawarkan dirinya dalam hubungan konselin sebagai pengarah, bukan sebagai model. Terdapat beberapa klien yang mengarah
pada nilai yang dimiliki oleh konselor. Sdan beberapa yang lain menggunakan hal
tersebut untuk mengasah nilai yang terdapat
dalam diri mereka sendiri dan mengaplikasikan nilai yang menjadi ciri khas mereka
tersebut.
Kedua,
konseling
tidak hanya
melibatkan hubungan klien,
sebagaimana
Meehl dan
Mcchisky mengatakan. Tuijuan dari klien juga menjadi tujuan konselor. Konselor tidak hanya menjadi agen klien
dalam memajukan, juga tidak mengikutinya, baaimanapun, konselor harus membantu mencapai tujuan yang berpotensi dalam diri klien.
Proses konseling potensial terjadi ketika ada kebersamaan untuk mencapai tujuan antara
konselor dan klien. Kebersamaan Ini dapat dibuat dengan melakukan komunikasi secara langsung
atau mungkin terdiri dari suatu yang tidak terucapkan
namun dapat dimengerti dan disepakati bersama.
Ketika
kontrak ini telah disepakati oleh
klien dan
konselor, menjadi tujuan
utama yang
terakhir menjadi agen utama tetapi tidak satu- satunya untuk memilih metodologi
untuk membawa itu. Konselor maupun klien perlu berlangganan setiap perkembangan
yan berakhir kontrak dapat dianggap tidak bermoral. Ketika perkembangan kontrak
tidak tidak masuk ke dalam dan titetapi
bukan satu- satunya cara untuk memilih metodologi dalam penanganan suatu kasus.
Ketika kesepakatan tidak masuk perkebangan selama proses konseling dan tidak ada
kebersamaan yang
nyata tujuannya, proses tersebut
belum bisa disebut
konseling.
MEMBANGUN
FILOSOFI PRIBADI KONSELING
Hal
ini penting bagi konselor untuk membangun sebuah filosofi pribadi konseling
yang cukup eksplisit baginya untuk menetapkan hakikat kontrak dan memilih metodologi yang akan dimasukkan dalam konseling
perkembangan.
Membangun
filosofi pribadi konseling adalah tugas perkembangan tugas utama konselor. Hal tersebut merupakan salah satu yang
harus dilakukan konselor.
Hal ini mungkin
bermanfaat bagi dirinya, untuk memeriksa secara singkat beberapa
sistem filosofis
utama yang dapat digunakan sebagai sumber untuk membangun filosofi pribadi ,
seperti topik mengenai jenis- jenis
treatment.
DASAR
FILOSOFI KONSELING
John Brubacher (3)
telah mengusulkan pengelompokan sistem filosofis kontemporer ke dalam dua
kategori utama yang berhubungan dengan proses
konseling. Dia mengelompokkannya menjadi 2 kategori
"esensialisme" dan " progresivisme ". Pengelompokkan
tersebut mungkin
bermanfaat.
Esensialisme.
Kategori "esensialisme" dapat dikelompokkan dengan pendekatan yang
biasanya disebut rasionalisme, idealisme, dan realisme.
Proses
Filosifi Essentialistic pada dasarnya menyatakan bahwa
manusia
diciptakan dengan suatu alasan. Dan alasan utamanya adalah alasan untuk
mengetahui dunia tempat tinggalnya.Kebenaran
bersifat universal dan absolut dan tujuan hidup manusia adalah untuk menemukan
kebenaran antara sesuatu yang memiliki essensi dan seuatu yang terjadi secara
kebetulan. Wrenn (20) membedakan 3 karakteristik dari sistem
tersebut sistem seperti berikut in: (a)
esensi realitas adalah suatu sistem prinsip-prinsip rasional dari berbagai aspek
(b) alasan pembudidayaan adalah pencapaian tujuan
utama pendidikan berbagai aspek, dan (c) alasan yang penting
adalah dalam karya-karya pemikiran klasik (buku besar).
Idealisme
agak berbeda dari rasionalisme dalam hal ini terdapat alam
semesta merupakan
ekspresi kecerdasan dan kehendak, bahwa substansi abadi dari dunia adalah hakikat dari,
dan material yang dijelaskan oleh mental. Ide- ide merupakan sesuatu yang
mutlak.
Menurut
realisme, realitas tertinggi terletak pada objek dan situasi eksternal terhadap
pemikiran manusia dalam dunia "nyata"
atau dunia yang obyektif. kenyataannya, alam semesta terdiri dari entitas
subtantial yang ada dalam diri mereka sendiri, apakah mereka dikenal atau
tidak.
Sistem
essentialistic ini memiliki kesamaan, namun, keyakinan pada keberadaan yang
tetap, mutlak tidak berubah secara mutlak
dari yang baik, benar, dan yang indah. pencarian
nilai bukan
bersifat individual, melainkan bersifat secara keseluruhan
dan dapat diselesaikan ketika sistemt
ini dan dapat dipahami.
Seperti
yang dikemukakan oleh Arbuckle (1),
keyakinan terhadap
nilai-nilai yang
mutlak dapat menimbulkan beberapa kesulitan bagi para konselor. Dapatkah
konselor yang
secara tegas berkomitmen pada konsep
mengenai benar dan salah, kebenaran, dan kesalahan, keindahan keburukan Yang
memungkinkan klien memiliki kebebasan
dalam mengembangkan nilai-nilai yang menjadi ciri khas mereka?
mungkin kunci pertanyaan tersebut
bagi konselor bukan mengenai
apakah ia percaya pada keberadaan teori yang absolut,akan tetapi apakah ia
percaya bahwa dirinya sendiri akhirnya
mencapai pemahaman secara keseluruhan mengenai sistem yang mutlak. Untuk
menentukan sejauh manakah "essentialistic" menunjukkan kualitas
seorang konselor, yang mana disebutkan oleh
Hoffer "orang yang percaya pada
kebenaran?"
Progresivisme
Sistem yang kedua, disebut "progressivistic", mungkin dikembangkan dari kepastian lama yang membentuk dasar dari filsafat essentialistic. Iilmu pengetahuan, terus menggerogoti gagasan-gagasan para pemikir klasik telah dianggap jelas, kepercayaan diri kurang dan kurang bisa ditempatkan oleh banyak orang dalam nilai mutlak itu sendiri.
Sistem yang kedua, disebut "progressivistic", mungkin dikembangkan dari kepastian lama yang membentuk dasar dari filsafat essentialistic. Iilmu pengetahuan, terus menggerogoti gagasan-gagasan para pemikir klasik telah dianggap jelas, kepercayaan diri kurang dan kurang bisa ditempatkan oleh banyak orang dalam nilai mutlak itu sendiri.
Filsafat progressivistic memiliki sebutan seperti
experimentalisme, pragmatisme,
dan intrumentalisme. Wrenn (20) menunjukkan bahwa fitur utama dari sistem ini terletak
pada gagasan mereka tentang kontinuitas antara yang mengetahui dan apa yang
tidak diketahui, antara objek dan pengamat. Ilmuwan yang
telah berpengalaman memiliki ketertarikan
pada sebuah teori umum mengenai ilmu pengetahuan daripada memahami suatu fenomena
tertentu. Ilmuan
tersebut beroperasi dalam
konteks suatu masalah tertentu dan solusi cepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Sistem progressivistic tidak rasionalistik. Sistem ini tidak dimulai dengan
asumsi kebenaran
secara universal, tetapi dengan pengalaman yang spesifik dan beberapa pengalaman tertentu.
Berpikir secara progressivistic
tidak peduli dengan generalisasi, melainkan dengan hasil yang empiris. Masa sekarang dan
masa depan lebih ditekankan
daripada masa lalu. Metode empiris
digunakan untuk pemecahan masalah, akan tetapi tidak dalam keyakinan bahwa
fakta-fakta yang diamati adalah
sesuatu yang penting dalam diri mereka. Pertanyaan mengenai "Apakah benar?" itu kurang penting
daripada "apa yang akan terjadi?". Fakta itu memiliki nilai agar berguna, bukan universalitasnya.
Solusi dari masa lalu
memberi jalan
kepada orang-orang
masa depan yang lebih bermanfaat. Kebenaran yang dihasilkan oleh konsekuensinya, tidak
pendahulunya.
Nilai tidak
memiliki keberadaannya sendiri. Mereka sebagai
individu pengamat yang tidak memiliki nilai tetap dan nilai akhir. kebenaran bersifat dinamis di dunia yang selalu mengalami perubahan ini.
Experimentalisme adalah filosofi yang sebagian besar berdasarkan Psikologi Behavioristik Amerika. Bahwa hal tersebut adalah pragmatis, yang
bekerja secara baik; suatu tindakan yang
telah di evaluasi secara murni dengan segala konsekuensinya. Tidak ada yang pasti,
yang ada hanya perkiraan relatif dan probalistic terhadap solusi.
Persoalan nilai yang diselesaikan bukan
terpacu oleh spekulasi logis atau otoritas referensi, akan tetapi dengan jajak pendapat publik. Kinseys dan
Gallups menggantikan platos dan Aristoteles sebagai ahli pada nilai-nilai. "Pengalaman publik" mendefinisikan
apa yang dihargai atau dihukum
Filsafat progressivistic bukan hal yang mudah bagi konselor. Meskipun ia telah menyingkirkan dirinya sendiri dari kepastian yang sulit dari masa lalu, konselor progresif telah menggantikan mereka dengan sanksi sosial yang tidak kurang dari suatu kekuasaan yang mengekang. Yakni kedewasaan dan kesehatan mental akan diukur dalam hal pengaturan dan kesesuaian? jika demikian, sesuai dengan siapa atau apa kelompok, atau lebih realistis, aspek yang penting adalah, arbiter yang terakhir dari apa yang baik, yang benar dan indah?
Seperti prestasi ilmiah abad kesembilan
belas mengikis "kepastian lama" sehingga peristiwa tragis abad kedua
puluh telah terhapus keyakinan dalam "kepastian baru" ilmu
pengetahuan. Saksi kejadian di Auschwits dan
Hiroshima tidak dapat disalahkan atas
bprkembangan manusia
ataupun moral masyarakat yang semakin rusak.
Eksistensialisme. kekosongan yang diciptakan oleh runtuhnya kedua dari kepastian
lama dan baru telah datang pendekatan
yang kadang-kadang disebut "kekuatan ketiga" dalam psikologi.
"Eksistensialisme"
adalah istilah
yang sulit
untuk diucapkan dengan konotasi
Bohemian samar-samar, yang kurang berarti bagi kebanyakan masyarakat.
Pada dasarnya,
eksistensialisme bukan berarti sebuah
sistem filsafat baru, karena sumbernya
berasal pada abad kesembilan
belas.exsistensialisme terfokus pada
kehidupan manusia dan pencarian manusia yang terkait dengan kehidupannya
sendiri.
A. van Kamm
(17) menggunakan kata "eksistensi" yang artinya berani
menghadapi sesuatu, berarti cara untuk berhubungan dengan dunia.Istilah ini
berasal dari bahasa Latin, yang secara harfiah berarti
untuk menghadapi atau muncul.
Mungkin kita dapat mendefinisikan psikologi eksistensial dengan
cara seperti berikut ini:
Tidak ada hal seperti kebenaran atau kenyataan bagi manusia kecuali saat ia berpartisipasi di dalamnya, jika ia menyadari akan hal tersebut, maka terdapat beberapa keterkaitan untuk itu ... hanya pengalaman yang benar-benar dialami pada semua tingkatan, termasuk apa yang disebut bawah sadar dan tidak sadar dan tidak termasuk unsur keputusan sadar dan tanggung jawab - hanya kebenaran ini kekuatan untuk mengubah manusia (10.p.17)
Tidak ada hal seperti kebenaran atau kenyataan bagi manusia kecuali saat ia berpartisipasi di dalamnya, jika ia menyadari akan hal tersebut, maka terdapat beberapa keterkaitan untuk itu ... hanya pengalaman yang benar-benar dialami pada semua tingkatan, termasuk apa yang disebut bawah sadar dan tidak sadar dan tidak termasuk unsur keputusan sadar dan tanggung jawab - hanya kebenaran ini kekuatan untuk mengubah manusia (10.p.17)
Psikologi eksistensial tampaknya menggambarkan sikap dan pendekatan untuk
manusia daripada sistem
formal atau kelompok. Maslow menyatakan
bahwa:
Bagi saya itu (psikologi eksistensial) pada dasarnya terfokus pada konsep identitas dan pengalaman seseorang sebagai hakikat manusia dan pada setiap filsafat atau ilmu pengetahuan yang membahas mengenai hakikat manusia (10, p.53)
Bagi saya itu (psikologi eksistensial) pada dasarnya terfokus pada konsep identitas dan pengalaman seseorang sebagai hakikat manusia dan pada setiap filsafat atau ilmu pengetahuan yang membahas mengenai hakikat manusia (10, p.53)
Beck (2) menggambarkan
filsafat eksistensial sebagai daya tarik dalam pemikiran filsafat modern. Filsafat
ini telah dianut, baik dalam bentuk
ateistik mapupun dan agama. Filsafat
eksistensial menekankan pandangan realitas yang paling bermakna bagi eksistensi manusia itu sendiri. Eksponen eksistensialisme yang terkemuka adalah
Jean-Paul Sartre, Gabriel Marcel, Paul Tillich, Martin Buber, dan lain-lain.
Psikoterapi eksistensial melibatkan penerapan konsep-konsep kunci eksistensial untuk penyembuhan permasalahan emosional. Daseinanalyse, terkadang analisis eksistensial merupakan salah satu pendekatan tersebut. Yang melibatkan upaya yang dilakukan oleh terapis untuk mendalami kliennya. Yang berarti, hal tersebut merupakan pendekatan yang menekankan pada sejenis respon tegas secara total yang mana termasuk bagian dari terapis. Terapis merupakan upaya untuk merekonstruksi struktur makna pribadi klien.
Beck (2) telah mengambil sejumlah asumsi yang sebagian besar diambil dari eksistensialisme yang tampaknya menawarkan dasar yang berguna bagi suatu filsafat konseling perkembangan. Sejumlah posisi ini disajikan dalam beberapa bentuk yang telah dimodifikasi, yang tertera seperti di bawah ini:
- Individu bertanggung jawab atas tindakannyaa sendiri. Ia memiliki ukuran dalam memilih dan harus membuat pilihan-pilihan untuk dirinya sendiri.
- Manusia harus menganggap sesama manusia sebagai obyek nilai, sebagai bagian dari kepeduliannya. Karena sesama manusia adalah bagian dari dirinya, ia harus mengajukan kepedulian ini kepada semua masyarakat.
- Manusia hidup dalam dunia yang sebenarnya. Hubungan manusia untuk dunia ini adalah satu mengancam, bagi banyak dari apa yang dia temui dia tidak bisa berubah.
- Kehidupan yang bermakna harus menghapus ancaman sebanyak mungkin dari realitas, baik fisik dan psikologis. Tujuannya adalah untuk membebaskan diri dari ancaman sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal itu.
- Setiap orang memiliki pembawaannya sendiri dan memiliki pengalaman unik bagi dirinya sendiri. Dengan demikian ia mungkin untuk dapat berperilaku berbeda dari orang lain yang pengalamannya mana jga memiliki pengalaman yang berbeda pula.
- Manusia berperilaku sesuai dengan pandangan sendiri, bukan menurut beberapa realitas obyektif eksternal yang telah didefinisikan. Perilaku judgeable dalam hal nilai-nilai pribadi atau tujuan eksternal.
- Manusia tidak dapat digolongkan menjadi yang "baik" atau yang "jahat" oleh hakikatnya. Istilah-istilah ini mungkin berlaku untuk tujuan, sasaran, atau pola perilaku. mereka tidak memiliki arti bila diterapkan pada manusia itu sendiri.
- Manusia bereaksi sebagai organisme secara menyeluruh dalam situasi apa pun. Dia tidak dapat bereaksi secara intelektual atau emosional dengan mengesampingkan yang lain. Ketika manusia mencoba untuk "menggolongkkan" dirinya di dasar- dasar tersebut, ia menjadi cemas dan kurang bebas untuk mengembangkan dirinya secara terpadu.
Preposisi di atas tampaknya menawarkan
suatu
dasar yang memungkinkan untuk mengembangkan filosofi konseling. Hal tersebut berdasarkan Konotasi Religius.
Mereka menawarkan dasar yang mana manusia
dapat didekati dengan penerimaan dan cara berempati. Mereka menyisakan ruang yang
cukup untuk
berbagai pendekatan teoritis
dan teknik. Konseling pada dasarnya mengandung
tugas pribadi yang harus ditangani oleh setiap konselor. Masing-masing dari tiga jenis sistem filsafat yang dijelaskan secara singkat di sini dapat menjadi sumber
bagi konselor dalam penelitian mengenai dasar
filosofis sebagai latihan untuk
keprofesionalannya. Beberapa fitur utama dari setiap
sistem dirangkum dalam tabel
2-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar