Kelompok Perkembangan
Yang akan
dibahas dalam kelompok perkembangan :
A. Dinamika
Kelompok Perkembangan
B. Struktur
Kelompok Perkembangan
1. Kepemimpinan
dalam kelompok perkembangan
2. Karakteristik
kelompok perkembangan
C. Model-model
Kelompok dalam Konseling
1. Model
masalah umum
2. Model
kasus berpusat
3. Model
kelompok T
4. Model
kelompok sumber daya manusia
5. Model
kelompok transaksional
Kelompok Perkembangan
Manusia
pada dasarnya tidak dapat hidup sendiri,manusia akan selalu membutuhkan manusia
lain untuk memenuhi kebutuhan, dan menjamin kelangsungan hidupnya. Karena sifat
dasar manusia yang tidak dapat hidup sendiri, maka manusia membentuk kelompok-
kelompok untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kehidupan
berkelompok dalam berinteraksi dengan orang lain terjadi terus menerus secara
berkesinambungan, dan sepanjang hayat,sehingga secara disadari atau tidak,
perilaku dan kebiasaan dalam kelompok mempengaruhi pola hidup setiap anggota
kelompok.
Cartwright
menunjukkan potensi perubahan yang melekat dalam kelompok-kelompok dalam
kalimat:
Untuk mulai dengan proposisi yang paling umum, kita bisa menyatakan bahwa perilaku, sikap, keyakinan, dan nilai dari individu didasarkan pada kelompok-kelompok dimana dia berada. Bagaimana agresif atau kerjasama seseorang, seberapa besar harga diri dan kepercayaan dirinya, bagaimana energik dan produktif karyanya, apa yang ia cita-citakan, apa yang ia yakini benar dan baik, siapa yang ia cinta dan benci, dan apa keyakinan dan prasangka yang ia pegang-semua karakteristik ini sangat ditentukan oleh keanggotaan individu dalam kelompok. Dalam arti sebenarnya, mereka adalah sifat kelompok dan hubungan antara orang-orang. Apakah mereka akan mengubah atau menolak perubahan, oleh karena itu, sangat dipengaruhi oleh sifat dari kelompok-kelompok. Usaha untuk mengubah mereka harus peduli,dan memperhatikan dinamika kelompok.
Untuk mulai dengan proposisi yang paling umum, kita bisa menyatakan bahwa perilaku, sikap, keyakinan, dan nilai dari individu didasarkan pada kelompok-kelompok dimana dia berada. Bagaimana agresif atau kerjasama seseorang, seberapa besar harga diri dan kepercayaan dirinya, bagaimana energik dan produktif karyanya, apa yang ia cita-citakan, apa yang ia yakini benar dan baik, siapa yang ia cinta dan benci, dan apa keyakinan dan prasangka yang ia pegang-semua karakteristik ini sangat ditentukan oleh keanggotaan individu dalam kelompok. Dalam arti sebenarnya, mereka adalah sifat kelompok dan hubungan antara orang-orang. Apakah mereka akan mengubah atau menolak perubahan, oleh karena itu, sangat dipengaruhi oleh sifat dari kelompok-kelompok. Usaha untuk mengubah mereka harus peduli,dan memperhatikan dinamika kelompok.
Pengetahuan
tentang dinamika kelompok, proses kelompok dalam mempengaruhi hidup seseorang
sangat dibutuhkan, dan harus dikuasai oleh konselor kelompok. Karena untuk
membantu klien mengatasi masalah, konselor harus benar-benar mengenal, dan
memahami latar belakang klien. Konselor tidak dapat bertindak untuk langsung
terjun mengatasi masalah utama klien, tapi konselor harus memulainya dengan
mengumpulkan data, dan latar belakang klien untuk mengatasi masalah-masalah
sampingan yang menyertai masalah utana klien. Konselor tidak hanya terpaku pada
masalah yang dialami klien, tapi juga memperhatikan masalah kelompok tempat
klien berada, menganalisis pengaruh kelompok pada masalah klien. Jadi proses
konseling tidak menutup kemungkinan hanya terjadi melalui wawancara antara
konselor dengan klien, tapi juga memungkinkan untuk terjadi proses konseling
kelompok yang melibatkan beberapa klien dalam diskusi atau wawancara. Kelompok
perkembangan memiliki keuntungan besar dari melayani sebagai apa vinacke sebut
sebagai "miniatur situasi sosial" dalam situasi seperti ini, banyak
dinamika pengaturan hidup klien yang diduplikasi, dan transfer jauh lebih
sedikit dari pembelajaran perlu terjadi
Pembentukan
konseling kelompok ini diharapkan mampu menjadi gambaran atau miniatur dari
situasi sosial yang dihadapi klien, dan memberi kemudahan bagi klien untuk
belajar menyesuaikan diri untuk masuk dan diterima dalam kelompok sosial.
Dahulu,
kelompok dilingkup pelajar yang sering disebut kelompok bimbingan hanya digunakan
untuk memberi informasi, lalu berkembang menjadi konseling individu. Dalam
perkembangannya, proses konseling juga memanfaatkan kelompok untuk membentuk
konseling kelompok yang saling berdinamika untuk saling berbagi, saling
mendukung,dan saling membantu masalah klien lain. Pada tahap ini, kelompok
tidak hanya memberi atau menerima informasi, tetapi hubungan antar kelompok
juga menjadi lebih hangat, dan intim dalam proses membantu memecahkan masalah
klien.
A.
Dinamika Kelompok Perkembangan
Dua aspek penting
dalam interaksi kelompok :
1. Konten.Konten
adalah isi atau muatan dalam interaksi, yaitu topik atau ide yang
diperbincangkan.
2. Proses
interaksi antar anggota kelompok
Dalam
proses kelompok, peran yang dimainkan para anggota kelompok sangat berpengaruh pada
dinamika kelompok. Tiap anggota kelompok bebas mengekspresikan perasaan, dan
kebiasaan mereka.
Sebagai konselor profesional yang
memanfaatkan kelompok untuk memberikan layanan konseling kelompok, konselor
dituntut untuk lebih sensitif, dan peka terhadap proses dinamika yang terjadi
dalam kelompok, dan berusaha menciptakan iklim kelompok yang kondusif, dan
sesuai dengan kondisi psikologis para klien.
Hal-hal yang didukung oleh
penelitian tentang dinamika kelompok yang penting diperhatikan dalam pembentukan
kelompok :
- Kebiasaan-kebiasaan individu dalam kelompok.Akan lebih mudah untuk mengubah kebiasaan seorang individu dalam kelompok dengan cara mengubah iklim kelompok, daripada berusaha untuk langsung mengubah individu.
- Semua kelompok menuntut kesesuaian/kecocokan tingkat tertentu dari anggota. Kelompok yang lebih dekat dan lebih kohesif, memiliki daya atas perilaku anggota.
- Ketika sebuah keputusan dibuat oleh kesepakatan anggota kelompok, komitmen mereka dalam menjalankan keputusan tersebut akan lebih kuat, daripada berkomitmen pada keputusan yang dibuat di luar kelompok.
- Kelompok yang sangat kohesif dapat mengatasi kesulitan yang lebih besar dan frustrasi dalam mengejar tujuan kelompok dari kelompok yang kurang kohesif.
- Kepaduan kelompok sebagian besar merupakan fungsi dari sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa pertemuan kelompok memenuhi kebutuhan mereka.
- Orang akan lebih efektif dalam mempelajari sesuatu ketika mereka berperan sebagai anggota kelompok dalam situasi pelatihan, daripada mereka berperan sebagai individu dalam situasi penonton atau pendengar. Pada dasarnya, orang akan lebih tertarik pada sesuatu jika ia juga terlibat langsung dalam aktifitas tersebut, dan tidak hanya menjadi penonton yang pasif.
- Jumlah atau sifat interaksi verbal antara anggota merupakan fungsi dari faktorkelompok. Seperti dalam persatuan kelompok, pandangan, pendapat,perilaku, opini yang diabaikan,tolak, atau dihukum.
- Kerjasama dan komunikasi yang terbesar dalam kelompok adalah dimana tujuan kelompok saling didefinisikan, diterima, dan dipahami.
- Iklim atau gaya dalam kehidupan kelompok dapat memberi dampak yang besar pada kepribadian anggota kelompok. Tingkah laku anggota kelompok banyak dipengaruhi oleh iklim kelompok. Indivdu yang tampak tidak ramah, bersikap memusuhi, agresif, pengacau dalam situasi kelompok, mungkin akan menampakkan sifat yang berbeda di situasi lain, dimana iklim, dan kondisi kelompok juga berbeda.
Menurut cartwrith,prinsip-prinsip
dinamika kelompok yang harus dipahami oleh mereka yang tertarik dalam
menggunakan kelompok untuk mengubah perilaku. Ini termasuk:
- Jika kelompok ini adalah untuk menjadi media yang efektif dari perubahan perilaku, mereka yang harus diubah dan mereka yang berusaha untuk mempengaruhi perubahan harus memiliki rasa yang kuat milik kelompok yang sama.
- Dalam upaya untuk mengubah sikap, nilai, atau perilaku, ini lebih relevan dengan tujuan kelompok, kelompok lebih dapat mempengaruhi mereka.
- Semakin besar prestise/kedudukan seorang anggota kelompok di mata anggota lainnya, semakin besar ia dapat mempengaruhi anggota lain.
- Upaya untuk mengubah individu untuk menyimpang dari norma-norma kelompok akan menghadapi resistensi/hambatan yang kuat
Prinsip ini tampaknya tampak
sederhana dan bukti diri. Mereka melanggar sistematis, namun, dalam banyak
upaya untuk mengubah perilaku yang mewakili praktek profesional.
B.
Struktur Kelompok Perkembangan
Menurut Gordan, sebuah kelompok
mungkin didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang saling punya hubungan
psikologis. Dengan kata lain, kelompok dibuat oleh orang-orang yang kurang
lebih memiliki karakter yang sama, dan saling mempengaruhi perilaku
masing-masing. Dalam kelompok perkembangan, asumsi dasar yang digunakan dalam
proses dinamika kelompok adalah optimalisasi peran, dan potensi para anggota
kelompok. Tiap anggota kelompok harus berperan secara aktif dalam proses
kelompok, partisipasi aktif, dan kontribusi yang maksimal bagi kelompok akan
menghasilkan kelompok perkembangan yang efektif.
1.
Pemimpin dalam kelompok perkembangan
Pemimpin
dalam kelompok perkembangan adalah seseorang yang memfasilitasi kelompok dalam
mengartikan, mengklarifikasi, dan mengarahkan tujuan kelompok. Model
kepemimpinan seperti ini tidak hanya fokus, dan menekankan pada hasil akhir
yang dicapai kelompok, tapi lebih fokus pada proses perkembangan, dan
partisipasi aktif dari para anggota kelompok. Seorang pemimpin harus peka
terhadap proses interaksi, kebutuhan tiap anggota, dan memperhatikan tentang
persatuan kelompok. Karena iklim dalam kelompok akan sangat berpengaruh pada
kondisi psikologis para anggota kelompok.
Pemimpin
perkembangan harus belajar untuk menjadi sangat sensitif terhadap kebutuhan
anggota kelompok dan cara-cara di mana interaksi kelompok adalah memenuhi
kebutuhan tersebut. Ia juga memperhatikan tentang kekompakan kelompok karena
kemampuan untuk membantu atau menyakiti anggota kelompok hampir berbanding
lurus dengan tingkat kekompakan dan kualitas dalam kelompok.
Tipe
pemimpin dalam kelompok perkembangan sangat berbeda dari sifat pemimpin pada
otoriter kelompok, yang sifatnya seakan-akan bahwa pemimpin adalah bos atau
atasan, dan anggota kelompok dianggap sebagai karyawan.
2.
Beberapa karakteristik kelompok
perkembangan yang berhasil :
a.
Tujuan bersama
Dibentuk dengan
persetujuan semua anggota, dan saling menguntungkan
b.
Efektivitas kepemimpinan
Mengupayakan
agar semua anggota mau berperan aktif, dan berkontribusi bagi perkembangan
kelompok secara maksimal.
c.
Fleksibilitas organisasi kelompok
Organisasi
kelompok yang fleksibel, dan tidak kaku.
Anggota punya
kesempatan untuk berperan sebagai apapun, dan siapapun yang mereka inginkan.
d.
Suasana kebersamaan
Suasana hangat
dalam kelompok, anggota kelompok merasa sebagai anggota keluarga dengan anggota
lain, saling memperhatikan, saling peduli, saling mendukung.
e.
Kontrol sosial yang positif
Sebagai contoh,
kelompok perkembangan mampu menangani secara terbuka dan langsung dengan
perasaan anggota yang bersifat menghambat/resistensi atau tidak berkomitmen.
Mereka tidak harus menggunakan penolakan halus atau hukuman untuk membentuk
perilaku anggota.
C.
Model-model kelompok dalam konseling :
1.
Model kelompok masalah umum
Sebuah
kelompok konseling perkembangan dapat dibentuk sekitar setiap tujuan atau
tujuan yang sungguh-sungguh representatif dari perhatian umum atau masalah
anggota kelompok. Seperti menjadi lebih nyaman dalam hubungan cowok-cewek,
menjadi seorang mahasiswa yang lebih baik, memilih kuliah, ingin memahami diri
lebih baik, meningkatkan kesadaran identitas seksual, dll.
Anggota
kelompok saling curhat, memberi saran, solusi, masukan sebagai jalan keluar
dari masalah, dan juga saling memberi semangat. Persatuan, dan kehangatan dalam
kelompok sangat mendukung suasana hati para anggota untuk menjadi lebih baik.
Berikut
ini elemen-elemen dalam kelompok yang dapat membantu anggota untuk memahami
masalah dan jalan keluarnya :
a.
Saling mendukung
Antar anggota
bisa saling sharing, dan memberi masukan. Misalnya, anggota lain pernah
mengalami masalah yang sama, maka bisa cerita pengalaman. Dengan begini, klien
tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah, karena anggota kelompok yang
lain memberikan perhatian, dan contoh nyata dalam menghadapi masalah.
b.
Empati dan pemahaman
Antar anggota
saling berempati, dan memahami masalah yang sedang terjadi
c.
Fokus dan langsung
Model kelompok
ini bisa dengan cepat fokus, dan langsung pada proses konseling. Konselor berperan sebagai pemimpin
kelompok yang bertugas untuk memfasilitasi perkembangan persatuan, dan rasa
saling percaya dalam kelompok.
Tugas
ketua adalah untuk menghindari dominasi kelompok dan memaksimalkan partisipasi
dalam kelompok. Ketua harus peduli terhadap proses kelompok dan kebutuhan
anggota. Ketua membantu menciptakan sendiri melalui contoh suasana penerimaan
dan perizinan seperti pada wawancara konseling individu. Keterampilan utama
dari pemimpin adalah untuk memfasilitasi perkembangan kekompakan dan
kepercayaan kelompok. Ketika suasana seperti ini sudah tidak bisa dipungkiri
lagi, pemimpin sering pindah ke peran anggota dan memungkinkan peran
kepemimpinan untuk dibagi di antara anggota sebagai petunjuk. Model ini mengacu
pada sumber-sumber dari keuntungan dalam hubungan kognitif.
2. Model Kasus-berpusat
Model
kasus-berpusat dalam konseling kelompok adalah model di sekitar tingkat yang
sama dari kecanggihan dinamis sebagai pendekatan masalah umum. Hal ini agak
lebih fleksibel daripada pendekatan terakhir dalam sebuah kelompok yang dapat
mewakili dari perhatian yang berbeda daripada berbagai syarat yang sama dari banyak
masalah. Dalam pendekatan kasus berpusat, kelompok ini bersatu hanya dalam
jangka keinginan untuk membantu setiap pekerjaan yang lain melalui perhatian
yang nyata. Hewer (7) telah menggambarkan pendekatan ini.
Susunan
operasi dalam model ini adalah untuk anggota kelompok bergiliran
mempresentasikan perhatian mereka masing-masing, sedangkan sisanya dari
kelompok bertindak sebagai pemberi bantuan. Konselor dapat mengambil peran
utama dalam fase-fase sebelumnya dari jenis operasi kelompok, tetapi pada
dasarnya anggota kelompok lain belajar untuk mengoperasikan sebagai konselor
sebagai proses kelompok yang muncul.
Pola
interaksi dalam kelompok kasus-berpusat sedikit lebih kompleks daripada
pendekatan masalah pada umunya. Pemimpin akan membutuhkan keterampilan lebih
dalam menciptakan suatu suasana yang kompak dalam kelompok yang lebih
heterogen, dan dalam pengembangan jaringan membantu hubungan diantara para
anggota. Dalam arti sebenarnya, pemimpin akan berperan untuk para anggota
sebagai usaha mereka untuk menjadi seorang konselor. Di waktu yang sama,
pemimpin harus menghindari memainkan peran dominan jika kelompok ini berfungsi
secara penuh. Pendekatan kasus-berpusat memiliki beberapa keuntungan.
- Hubungan berbagai bantuan. Pada kelompok yang sukses dalam model ini, seluruh jaringan hubungan bantuan berkembang. Ketika seorang anggota berperan sebagai klien, ia harus belajar untuk berurusan dengan beberapa orang dengan bantuan yang berbeda. Ketika ia berperan sebagai "konselor", ia berada dalam hubungan yang berbeda. Jadi, dia mempunyai pengalaman sebuah kumpulan dari peran baru dan suatu hubungan, dan kesempatannya untuk hal baru dari pelajaran sosial yang menakjubkan.
- Berbeda persepsi dan sikap. Para anggota kelompok dapat mewakili persepsi dan sikap berbeda. Mereka dipaksa untuk menguji dari sudut pandang orang lain, dan belajar untuk berurusan dengan perbedaan dalam membantu daripada bersaing cara. Dalam arti, kelompok itu menjadi sebuah laboratorium di mana sikap dan persepsi yang diuji dan watak dalam kelompok yang pusat tujuannya adalah untuk menjaga suasana kehangatan, penerimaan, dan perijinan.
- Berfokus pada individu. Meskipun, sebagai anggota yang menyampaikan kasus mereka, banyak pembelajaran sosial yang terjadi pada semua anggota, pusat fokus dibuat pada satu anggota pada waktu yang memungkinkan anggota menyajikan untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara langsung dan segera. Seringkali faktor sentral dalam model ini adalah komitmen publik untuk tujuan dan penguatan kelompok untuk perubahan perilaku.
3. Model Kelompok T
Kelompok
T, atau kelompok pelatihan, adalah model dari interaksi kelompok yang memiliki
penerapan yang luas untuk konseling perkembangan. Model kelompok ini merupakan
sebuah pendekatan yang didasarkan pada pengetahuan tentang dinamika kelompok
dan dipelopori oleh Laboratorium Pelatihan Nasional (4). Model ini telah
mengembangkan sejumlah variasi dan telah banyak digunakan dalam pengaturan
pendidikan, agama, dan bisnis.
Pada
dasarnya, pusat konsep dari model kelompok T adalah bahwa sekelompok manusia
ditempatkan dalam situasi yang tidak terstruktur dan ambigu di mana mereka
dihadapkan dengan tugas menciptakan sistem sosial baru yang mana mereka dapat
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Komponen
umum dari sebuah sistem sosial yang absen atau ambigu dalam tahap awal operasi
kelompok T. Tidak ada struktur kewenangan-tanggung jawab. Tidak ada seperangkat
tujuan yang jelas atau metodologi untuk mencari tujuan yang disediakan. Peran
dan hubungan untuk para anggota yang tidak jelas digambarkan baik dalam situasi
sekarang atau dengan analogi dari situasi masa lalu.
Dalam
ambiguitas, kelompok ini dipaksa untuk menarik dari dananya sendiri untuk
membangun sebuah sistem sosial yang dapat memenuhi kebutuhan para anggota yang
mana kekompakan dan kebersamaan dapat berkembang. Dalam arti, hal itu merupakan
pengalaman dalam kreativitas sosial.
Kelompok
T sebagai perjuangan untuk mengatasi masalah yang diciptakan oleh situasi yang
tidak terstruktur dan ambigu, kesempatan besar diciptakan bagi para anggota
untuk belajar tentang diri sendiri dan bagaimana mereka biasanya beroperasi
dalam situasi sosial. Karena peran yang tidak terstruktur dan hubungan yang
ambigu, peluang cukup besar untuk "umpan balik" dari orang lain ada.
Dalam
pengertian ini, kelompok T menggunakan situasi kelompok bukan sebagai kendaraan
untuk memecahkan masalah eksternal seperti pada dua model pertama dibahas,
tetapi langsung untuk menggambarkan fenomena interaksi sosial sebagai
pengalaman mereka. Dalam artian, kelompok T ini menulis buku teks sendiri dan
membacanya sesekali dan diwaktu yang sama. Kelompok T memiliki beberapa
keuntungan. Yaitu:
- Sebuah Laboratorium untuk pembelajaran sosial. Hal itu menciptakan sebuah laboratorium interaksi sosial di mana para anggota dapat belajar untuk memahami pola mereka sendiri dengan situasi sosial yang mana pola baru dari salinan sosial dapat dipelajari.
- Sebuah situasi proses-orientasi. Dalam kelompok T, fokus utama selalu terletak pada proses kelompok. Kelompok ini berfokus pada perhatian bukan hanya bawaan belaka dengan konten yang dikomunikasikan.
- Masa ciri-ciri miniatur. Dalam arti, kelompok T adalah miniatur situasi sosial di mana individu masing-masing dihadapkan pada situasi yang tidak terstruktur dan ambigu bahwa ia harus menemukan kembali identitasnya sendiri dengan dan melalui orang lain.
Keberhasilan
penanganan model kelompok T membutuhkan cukup keterampilan. Mungkin
keterampilan yang paling penting dari pemimpin adalah menahan diri untuk
bergerak melengkapi struktur ketika kelompok mulai menunjukkan kecemasan dan
ketegangan. Sebagian besar konselor cenderung beroperasi dalam situasi sosial
untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan. Dalam situasi konseling individu,
konselor pada umumnya menyediakan struktur yang cukup dan kontrol ambigu pada
tahapan-tahapan yang layak. Dalam kelompok T dari konseling kelompok, konselor
harus menjaga keambiguitasan dan membiarkan kelompok tersebut mengatasinya
walaupun proses ini menjadi sangat frustasi dan ketegangan-producing. Bagian
yang baik dari model yang terlibat kompetensi ini hanya memperoleh kepercayaan
dalam kelompok-kelompok yang memungkinkan konselor untuk
"berkeringat" dan periode tidak nyaman dan bahkan bermusuhan di mana
kelompok berusaha untuk mendirikan perusahaan struktur sendiri.
Keterampilan
lain yang penting dari pemimpin kelompok T untuk tetap fokus pada proses
kelompok. Pemimpi dapat bertindak sebagai pengamat atau komentator, atau
anggota lain dapat belajar untuk bermain seperti menggunakan model yang mempunyai
peran. Model ini menggunakan hubungan, kognitif, dan perilaku sumber
keuntungan.
4. Model
Kelompok Sumber Daya Manusia
Herbert
Otto (8) telah mengembangkan model yang sangat menarik dari interaksi kelompok
yang didasarkan pada formulasi teoritis penulis seperti Murply, Maslow,
Goldstein, dan Fromm dalam berteori tentang batas-batas atas potensi-potensi
manusia.
Model
ini berbeda dari yang lain tidak begitu banyak istilah dalam hal format atau
prosedur oleh situasi kelompok yang tidak terstruktur, tapi istilah dari semua
fokus dari kelompok dalam menetapkan beberapa tujuan. Dalam model ini, tujuan
yang diakui di sekitar kelompok ini dibentuk untuk membantu anggota
memperpanjang batas atas yang berfungsi dalam cara-cara mengaktualisasi diri
mereka. Asumsi yang dibuat bahwa kesehatan rata-rata, fungsi orang normal hanya
berfungsi 15 atau 20 persen dari keseluruhan potensinya. Kelompok ini
dikhususkan untuk membantu setiap anggota memperpanjang fungsinya terhadap
batas-batas atas.
Sebagian
besar interaksi kelompok dalam model ini khas dari jenis lain dari kelompok
konseling atau terapi. Para anggota berbicara tentang ketakutan mereka,
kekhawatiran, masalah, dan aspirasi-aspirasi. Perhatian selalu disimpan pada
potensi positif dari anggota daripada ilmu penyakit, bagaimanapun juga. Dua
perangkat yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana fokus ini dipertahankan,
yaitu:
a.
Metode
kekuatan berbagai persepsi. Dalam metode ini, salah satu anggota menjadi pusat
perhatian kelompok untuk bagian khusus. Ia diminta untuk memulai proses
penghitungan dan berbagi dengan kekuatan anggota lain bahwa ia melihat dalam
dirinya dan faktor-faktor dalam hidupnya yang menghambat dia untuk menggunakan
kekuatan anggota sepenuhnya. Anggota lain kemudian berpadu dengan persepsi
mereka dari "target" orang-orang kuat dan membatasi beberapa faktor.
Sejak kelompok ini selesai bekerja, sebelum ini, pertimbangan dari fakta bahwa
memahami faktor-faktor itu penting untuk perkembangan optimal, kwantitas untuk
sebuah kehangatan dan empati berbagi persepsi kekuatan dan keterbatasan yang
membantu anggota mengembangkan struktur identitas baru.
b. Program tindakan. Bagian dari struktur kelompok dalm
model ini adalah bahwa mereka "kelompok aksi" daripada "kelompok
berbicara". Anggota didesak untuk mengembangkan "program aksi"
untuk meningkatkan dan memfasilitasi perkembangan kekuatan. Para anggota
kemudian melaporkan kembali kepada kelompok keberhasilan mereka atau kegagalan
dalam program tindakan. Ketika ada kesulitan yang dihadapi, seluruh kelompok
bekerja untuk membawa pemahaman mereka dan kepekaan untuk menanggung masalah
dan membantu menghilangkan blok untuk perkembangan lebih lanjut. Program
tindakan mulai pada tingkat terrendah seperti mengambil seni atau pelajaran
menari dan bergerak melalui usaha yang cukup signifikan seperti mengembangkan
kreativitas yang lebih besar atau hubungan pribadi lebih dalam.
Hal
ini dan perangkat pendukung lainnya pada dasarnya dirancang untuk membantu
kelompok memfasilitasi setiap anggota dalam perjuangannya untuk mencapai tingkat
yang lebih tinggi dari fungsinya. Kelompok jenis ini tampaknya memiliki
relevansi nyata dalam program konseling perkembangan. Penggunaan komitmen
publik dan penguatan kelompok adalah sumber utama keuntungan dalam model ini.
5. Model
Kelompok Transaksional
Model
konseling kelompok yang paling rumit dibahas di sini adalah mereka yang
memanfaatkan interaksi sosial atau transaksi anggota kelompok sebagai bahan
klinis dasar dari para anggota memperoleh pelajaran dan wawasan baru. Dalam
model kelompok T, jenis permainan pembelajaran terjadi sebagai hasil dari fokus
kelompok pada proses. Dalam model analisis transaksional, konselor bertindak
secara konsisten sebagai pengamat dan penafsir perilaku yang secara sistematis
menganalisis dan umpan balik kepada kelompok tentang pentingnya perilaku
mereka.
Berne
(2) telah menjelaskan operasi seperti model kelompok berdasarkan orientasi
psikoanalitik. Pada dasarnya, model transaksional dibangun di atas asumsi
bahwa, dalam beberapa situasi kelompok, orang cenderung menggunakan himpunan
manuver sosial atau perilaku meniru yang merupakan ciri khas gaya hidup mereka.
Manuver karakteristik ini Berne menyebutnya "hiburan",
"permainan," atau "naskah," tergantung pada generalisasi
mereka dan kompleksitas. Dia juga mempunyai konsep tiga tingkat kecenderungan
perilaku umum pada semua orang, yang ia sebut "orang tua,"
"dewasa," dan "anak". Ini memiliki relevansi yang agak
jelas untuk konstruksi psikoanalitik.
Interaksi
kelompok dalam setiap situasi sosial dapat dianalisis dalam hal pola-pola
perilaku, dan manuver sosial dapat dikategorikan sebagai "dewasa,"
"orang tua," atau "kekanak-kanakan".
Sebagai
kelompok yang mulai beroperasi, interaksi dapat diperiksa dalam hal jenis-jenis
pemberian transaksi sosial. Situasi di mana transaksi secara langsung dan
terbuka disebut "hiburan." Hiburan umum dalam kelompok sosial
"PTA" dan "psikiatri." Dalam "PTA," orang-orang
membicarakan dan menyesalkan beberapa bentuk kejahatan manusia. Hiburan ini
memiliki tema umum "Tidakkah mengerikan bagaimana mereka bertindak,"
atau, sebenarnya ketika topik itu diri sendiri, "Tidakkah mengerikan
bagaimana saya bertindak."
Psikiatri
adalah sebuah hiburan serupa tapi berpusat pada menafsirkan perilaku. Temanya
mungkin "Kau benar-benar melakukan itu karena," atau "Mengapa
saya melakukan hal-hal seperti itu?"
Hiburan
adalah manuver intelektual yang pada dasarnya orang bermain dalam situasi
sosial untuk melindungi diri dari ancaman, rasa bersalah, atau kebosanan.
Mereka mewakili tahap awal dari interaksi kelompok, tetapi, jika mereka tidak
diakui, kelompok itu tidak pernah bisa bergerak di luar mereka.
Permainan
adalah manuver sosial yang mirip dengan hiburan kecuali bahwa mereka tidak
langsung dan menipu diri sendiri di alam. Sebuah permainan khas yang dimainkan
dalam interaksi neurotik antara pasangan adalah "Jika bukan untuk
Anda." Dalam permainan ini, individu pada dasarnya merupakan proyek
tanggungjawab untuk masalah-masalah pada orang lain dan begitu juga dibebaskan
dari rasa bersalah atau tanggung jawab.
Permainan
lain adalah "Kaki Kayu." Ketika anggota dihadapkan dengan
kekurangannya sendiri dalam beberapa bentuk, tanggapannya adalah "Apa yang
dapat Anda harapkan dari seorang pria dengan kaki kayu." Dengan kata lain,
ia mengatakan, "Saya tidak bisa melakukan yang lebih baik karena saya
neurotik, atau lemah, atau malas, atau tidak berharga."
Permainan
seringkali hanya bagian dari naskah, yang merupakan cara yang lebih besar dan
lebih kompleks untuk mengatasi situasi kehidupan umum. Sebagai kelompok belajar
untuk memahami dan menafsirkan permainan, mereka dapat berpindah ke pemeriksaan
naskah yang mendasari gaya hidup umum mereka.
Contoh
script adalah "penyelamatan" fantasi di mana individu dapat menikah
atau berhubungan dengan, satu demi satu, serangkaian individu beralkohol,
kriminal, atau neurotik, setiap kali percaya bahwa orang baru dapat disimpan
atau direformasi atau direhabilitasi.
Seperti percobaan yang gagal, itu hanya diulang dalam satu set baru
keadaan.
Dalam
situasi kelompok, anggota biasanya berusaha untuk melemparkan anggota lain ke
dalam peran yang diperlukan untuk naskahnya. Dia kemudian mencoba untuk manuver
situasi untuk menghasilkan klimaks yang dituntut.
Sebagai
kelompok belajar untuk memahami sifat dari script. Anggota dapat memperoleh
wawasan yang lebih besar gaya hidup mereka sendiri dan mulai memodifikasi
melalui pembelajaran hiburan baru, permainan, dan naskah dengan konsekuensi
yang lebih positif yang menyertainya.
Model
transaksional ini cukup rumit dan menuntut dalam hal kecanggihan psikologis dan
keterampilan konselor. Hal ini, seperti setiap pendekatan terhadap perubahan
perilaku, beberapa bahaya yang melekat. Jika hubungan dalam pengaturan kelompok
tidak cukup mendukung, individu mungkin kecewa. Ia menawarkan keuntungan,
bagaimanapun, menggunakan interaksi yang sangat penuh sosial dalam kelompok
sebagai sumber dasar bahan untuk pelajaran baru. Hal ini juga mengajarkan
dasar-dasar bahasa untuk perilaku interpersonal. Ini adalah model kognitif
berat dimuat.
Sama seperti dalam diskusi model untuk teori konseling
individu, tidak ada model yang diberikan di sini mungkin sesuai dengan tujuan
dan tingkat keterampilan seorang konselor individu. Sebaliknya,
masing-masing menawarkan beberapa konsep yang signifikan atau pendekatan yang
dapat dimasukkan ke dalam sebuah teori konseling pribadi yang telah diperkaya
ke daerah kerja kelompok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar