Teori tugas perkembangan individu atau suatu sudut pandang
yang mana menjadi dasar dari praktek profesional masih jauh dari kata mudah.
Sebagaimana telah kita lihat, hal itu dimulai dengan kesadaran diri tajam dan
kerja menyeluruh melalui isu-isu filosofis dan pertanyaan nilai yang mendasari
pemilihan tujuan dan metode profesional.
Selain sumber-sumber teori introspektif, bagaimanapun juga,
konselor dihadapkan dengan sebuah perang yang luas, atau mungkin lebih
tepatnya, sebuah kekacauan yang kadang-kadang bertentangan, sering tumpang
tindih, dan selalu bersaing dengan teori kepribadian, perubahan perilaku, dan
intervensi psikologis. Di satu sisi banyak dari teori ini membentuk apa yang hampir
bisa dilihat sebagai semacam cerita rakyat atau mitologi dari ilmu perilaku modern
yang saat ini muncul. Salah satu fakta malang yang harus
dihadapi oleh konselor adalah bahwa teori psikologis kita sejauh ini gagal
untuk menghasilkan satu tubuh yang terpadu dan terorganisir dengan baik dari
pengetahuan tentang perilaku manusia yang menjadi dasar prakteknya konselor
profsional.
Teori psikologi
cenderung bertambah banyak dan dipadukan oleh pertambahan bukti empiris. Penganut pendekatan tertentu
cenderung yang bersaing bukan untuk mencari area umum penyelidikan dan
menyepakati aturan-aturan sesuai bukti yang akan digunakan untuk mengurangi
perbedaan teoritis. Ketika dialog antara kelompok-kelompok yang bersaing telah
terjadi, mereka sering ditandai dengan kurangnya kebijaksaan dengan tidak
memihak diskusi yang memajukan pengetahuan.
Di sini dilakukan usaha
untuk membangun tiga model praktik konseling, yang masing-masing didasarkan atas
landasan teoritis tertentu yang menekankan pendekatan khusus untuk pengembangan
kepribadian manusia dan mengubah perilaku. Model ini sebagai pendekatan yang
menekankan seting tertentu dari "sumber keuntungan." Dengan kata lain, masing-masing
model intervensi konseling yang dibangun di sekitar sebuah pendekatan yang
ditujukan untuk memaksimalkan serangkaian faktor psikologi atau efek yang
mendasari teori sebagai pemegang peranan penting untuk mengubah konstruktif dan
pertumbuhan klien. Kami istilahkan hal-hal tersebut sebagai faktor sumber
keuntungan dalam upaya konseling.
A.
MODEL HUBUNGAN
Konseling Model hubungan merupakan suatu pendekatan
yang dikembangkan dari sebagian besar karya Carl Rogers. Pada awalnya ini
disebut dengan teori yang berpusat pada klien, tapi teori pendekatan ini telah dikembangkan di sekitar
karya sejumlah psikolog sehingga teori pendekatan ini cenderung bergabung
dengan beberapa aspek dari psikologi eksistensial yang kadang-kadang disebut
sebagai "Kekuatan Ketiga" dalam psikologi. Mungkin saat ini istilah
yang paling tepat digunakan dalam mengacu pada dasar teoritis yang mendasari
model hubungan adalah "Psikologi Humanistik." Dampak dari pertumbuhan
pendekatan ini cukup signifikan untuk
dipertimbangkan sebagai rekan ketiga untuk psikoanalisis dan behaviorisme
sebagai kekuatan utama dalam pengembangan psikologi Amerika.
Psikologi humanistik pada dasarnya telah
dikembangkan kurang lebih dari penggabungan tiga unsur utama. Yang pertama dari
unsur ini tumbuh dari psikologi persepsi yang kadang-kadang disebut teori medan persepsi. Singkatnya, pendekatan ini berpendapat bahwa
semua perilaku adalah fungsi dari persepsi individu saat ini berperilaku.
Dengan kata lain, orang berperilaku sesuai dengan bagaimana hal-hal yang tampak
pada mereka. Aspek lingkungan sekitar
mereka, dimana terdapat individu bereaksi disebut lapangan persepsinya. Bidang
ini merupakan realitas persepsi kepada individu dan selalu diselenggarakan yang
berkenaan dengan konsep individu tentang dirinya sendiri. Pendekatan ini fenomenologis artinya pendekatan ini menafsirkan bahwa setiap individu
menjadi pusat dari pribadi mereka sendiri dan sebagian besar dunia pribadinya
tentang realitas, bukan sebagai operasi dalam sebuah masyarakat yang ditetapkan
realitas yang objektif.
Psikologi Persepsi
Sebagai pengubah persepsi, dan juga perilaku. Ketika orang melihat berbeda, mereka
berperilaku berbeda. Dimana persepsi tidak jelas,
perilaku bingung. Dimana persepsi yang jelas, perilaku dan tujuan-tujuan
diarahkan dalam hal kebutuhan individu berpengalaman. Perilaku adalah fungsi
dari persepsi individu, konseling intervensi harus ditujukan untuk membantu
seorang individu untuk memahami diri dan lingkungan dengan lebih jelas.
Untuk berperilaku efektif, seseorang harus melihat dunia sebagai akurat dan
dengan sebagai distorsi sesedikit mungkin. Persepsi bagaimanapun adalah fungsi
dari beberapa variabel. Hal
ini berkaitan dengan (a) kesehatan pribadi (b) nilai dan tujuan, dan (c) konsep
diri.
Persepsi ini
dipengaruhi oleh ancaman serius. Orang cenderung
melihat apa yang pantas untuk orang dengan konsep diri mereka untuk melihat. Konsep
diri sendiri atau struktur adalah kekuatan inti yang mengorganisasikan faktor-faktor
yang membentuk presepsi individu. Ketika konsep diri seseorang terancam, bidangnya persepsi akan
menyempit dan terdistorsi. Dia hanya menanggapi ancaman aspek
produksi dari bidangnya. Ketika terancam, Dia berusaha untuk membela keberadaan
dirinya dan akibatnya persepsinya hanya pola yang ada.
Jika konseling adalah hasil dari persepsi yang
berubah, maka harus mengurangi ancaman dan menghapus hambatan utama untuk
persepsi yang lebih jelas dan perilaku lebih efektif. Dalam hal ini Hubungan
konseling harus mengganti kondisi yang
mengurangi ancaman.
Asumsi- Asumsi Model Hubungan
Dalam formulasi awal Rogers terpusat pada klien
terapi tercantum sejumlah asumsi penting yang mendasari prakteknya. Sejumlah kunci proposisi ini masih berorientasi
pada hubungan dasar pendekatan konseling seperti berikut :
- Individu berada pada dunia pengalaman yang berubah secara berkelanjutan yang mana dirinya menjadi pusat dari perubahan itu. Dunia pengalaman yang dimaksudkan adalah medan fenomenologis individu, dunia kehidupan nyata pribadi. Seseorang akan bebas menghampiri dunia pengalaman orang lain, tetapi tidak akan pernah bisa memasuki dunia fenomenologis orang lain secara utuh.
- Individu bereaksi dengan dunia pribadinya sebagaimana dia mengalaminya. Apa pun yang dia presepsikan adalah kenyataan bagi dirinya, dan dia berperilaku sebagaimana kenyataan itu dia persepsikan.
- Individu bereaksi terhadap medan preseptualnya sebagai keseluruhan yang terorganisi, tidak hanya pada tataran intelektual atau emosional semata-mata, melainkan sebagai organism manusia secara utuh.
- Setiap manusia ,di dalam dirinya,memiliki kecenderungan dasar atau kebutuhan untuk mencapai sesuatu. Dia secara konstan berjuang untuk meningkatkan dan memelihara diri. Kecenderungan ini adalah kekuatan dalam diri individu untuk tumbuh, yang akan mengarahkan proses perkembangan yan dikehendaki dirinya dan masyarakat. Kecenderungan Perkembangan ini hanya tumbuh dengan efektif apabila individu dapat mempresepsikan pilihan secara jelas. Dia harus tahu pilihan secara jelas; apabila mengetahui hal itu, dia aan selalu memilih untuk tumbuh.
- Perilaku individu bersifat terarah-tujuan untuk memuaskan kebutuhan dirinya sebagai sesuatu yang teralami didalam medan kehidupan yang dipresepsikannya. Semua perilaku rasional dan terarah-tujuan apabila dilihat dari dalam diri medan preseptual pelaku.
- Emosi menyertai dan secara umum memfasilitasi perilaku terarah-tujuan.Intensitas emosi dikaitkan dengan tingkat peristiwa yang dipresepsika signifikan atau bketerlibatan ego di dalam perilaku itu. Emosi bukanlah penghalang ,melainkan memfailitasi individu untuk berkembang.
Dari proposisi
dasar ini Carl Rogers dan murid-muridnya mengembangkan pendekatan yang sangat
berpengaruh terhadap konseling dan psikoterapi yang disebut dengan terapi yang berpusat
pada klien. Yang dalam beberapa tahun ini telah mempengaruhi aliran lain untuk
menggabungkan diri dalam pendekatan yang berpusat pada klien. Aliran ini, disebut psikologi eksistensial.
Psikologi Eksistensial
Psikologi
eksistensial dianggap telah memberikan kontribusi terhadap aliran yang lebih
luas dari pengaruh yang menurut istilah psikologi humanistik
kita menawarkan sejumlah konsep yang sejajar tapi benar-benar berbeda dari
orang-orang yang keluar dari pendekatan yang berpusat pada klien yang merupakan
pendahulu dari psikologi humanistik. Yang utama diantaranya adalah sentralitas
mengalami langsung sebagai acuan dasar dalam psikologi.
Sebagai posisi filosofis, yang meletakkan eksistensialisme
sebagai pendahulu dari esensi manusia . Artinya, aspek terpenting bagi manusia adalah
keberadaannya disana (dunia Eksistensial), yang dilihat secara terpisah dari
hubungan manusia di antara mereka memiliki makna sedikit kepadanya. Arti
berasal dari konteks mengalami langsung, tidak hanya dari beberapa realitas
objektif. Dasar ini, tak terhindarkan "existing"
(adanya) manusia adalah fokus utama dari arti sebenarnya yang dapat dibentuk. Keberadaan adalah dasar yang diberikan. Hal
ini tidak diciptakan oleh manusia, juga tidak bisa sepenuhnya sistem logis berpikirnya menganalisa.
Menurut eksistensialisme
manusia ada yang menyebabkan
manusia berspekulasi, merenung, dan menganalisa tentang keberadaan itu.
Penekanan pada
pengalaman langsung atau keberadaan cenderung untuk mengaburkan dikotomi antara
pengamat dan yang diamati, subjek dan objek, batin dan dunia luar. Manusia dipandang sebagai bagian dari setiap objek fenomena yang dia
temui. Dalam pengertian ini individu benar-benar menciptakan
pengalamanya dan tidak dapat dipisahkan dari pengalamanya tersebut. Mencoba untuk memilah dan memisahkan manusia dari,
"being-in-the-world," (keberadaanya didunia) karakter pengalaman
hidupnya hanya menghilangkan kebermaknanya, mengasingkan dirinya dari
teman-temannya, dan meningkatkan kesepian dan tak berdaya dasarnya.Dari pandangan manusia dan dilema
pentingnya datang suatu pendekatan konseling yang menempatkan penekanan utamanya
pada membantu klien membangun kembali kesatuan
dan keutuhan pengalamanya dan sehingga memungkinkan mereka untuk
menemukan makna keberadaan dirinya. Didalam pandangan ini, secara inheren,
menekankan adanya kebebasan dan tanggung jawab manusia untuk memilih, mencari,
dan menemukan makna dirinya sendiri.
Dalam proses konseling, tujuan konseling adalah membantu
konseli mengalami pengalaman menantang bersama konselor untuk menentukan
pilihan atas cara dan tanggungjawab sendiri dan memperluas hubungan dengan
pengalamannya sendiri. Untuk konselor penekanannya pada yang otentik dalam
pertemuan ini, dan dapat merespon klien dengan cara yang sangat tegas bahwa
akan mengkomunikasikan pemahaman, dan hormat, klien mengalami sendiri. Pada
saat yang sama, konselor berkomunikasi dengan cara yang terbuka dan jujur
mengalami tentang klien dan hubungan mereka.
Banyak
persamaan antara pendekatan Rogerian dan aliran psikologi eksistensial yang tampak
jelas. Pandangan teoritis dari fungsi persepsi manusia dan pandangan filosofis
dari perannya didunia menemukan sebuah penggabungan yang paling cocok. Dari penggabungan
yang akan datang, bagaimanapun, komponen empiris ketiga-lah yang telah
memberikan dorongan penting untuk psikologi humanistik. Komponen empiris telah
muncul dari lima
belas tahun penelitian pada sifat dan fasilitatif hubungan terapeutik.
Kondisi Hubungan
Pada awal
perkembangan, konseling perkembangan terfokus pada klien, Carl Rogers
menyatakan pentingnya hubungan konseling dan melangkah
lebih jauh dengan istilah itu "the necessary and sufficient condition" (kondisi perlu dan cukup) untuk
perubahan terapeutik. Gerakan eksistensial menekankan pada pentingnya pertemuan antara
konselor dan klien serta pentingnya melampaui yang terlebih dahulu dari dasar
otentik yang jelas menegaskan pentingnya hubungan variabel dalam proses
konseling.
Sebuah
proses program konseling dan hasil penelitiannya telah muncul dari sudut pandang
yang memiliki dampak peningkatan pada pendidikan
konseling. Secara singkat, Rogers dan murid-muridnya mengatakan bahwa
kemajuan dalam gerakan klien atau konseling pada dasarnya tergantung pada
tingkat klien yang mengalami kondisi dasar tertentu dalam hubungan dengan
konseling. Tugas konselor adalah untuk memberikan tingkat optimal dari kondisi
pertumbuhan ini, yang terjadi jika:
- Konselor atau terapis menampilkan diri secara kongruen atau genuine dalam berhubungan dengan klien.
- Pengalaman konselor menampilkan sikap menghargai konseli secara positif tanpa syarat dan menunjukkan kehangatan dalam menerima konseli.
- Konselor menunjukkan cara bertindak yang akurat, pemahaman empatik terhadap kerangka rujukan dan pengalaman internal konseli.
Tingginya tingkat dari
tiga kondisi yang dialami oleh klien ini, apabila ia rentan dan cemas maka akan
mengakibatkan hasil klien yang positif. Sebuah teori yang sangat komprehensif
dari penelitian konseling yang dilakukan di berbagai pengaturan dengan berbagai
populasi yang telah muncul dari teori dasar. Penelitian ini bukanlah tanpa
masalah metodologis, tetapi telah pasti mempengaruhi dalam penerapannya. Dalam
pandangan konseling salah satu pengaruh utama telah menjadi revisi yang disebut
awal "non direktif ". Dalam awal formulasi konselor dipandang sebagai
pengambilan sikap yang tidak terlalu pasif, netral, dan permisif di mana
tanggapan pembuka hanya menerima
tanggapan atau paling banyak refleksi atau penyajian kembali tanggapan klien. Seperti penelitian
tentang kondisi fasilitatif yang telah berkembang, penekanannya lebih banyak
ditempatkan pada kongruensi atau kejujuran dan keaslian konselor. Kurang
penekanan ditempatkan pada teknik yang spesifik dan komunikasi terlebih pada
sikap menerima dan menghormati klien serta menanggapi secara empati
pengalamannya.
Truax dan
Carkhuff menyajikan kasus bahwa sebagian besar
perubahan ditemukan dalam konseling yang sukses dan terapi psikologi yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal kondisi hubungan yang ditawarkan. Penelitian
ini masih berlangsung dan perbaikan yang cukup besar dalam sistem instrumentasi
dan metodologi diperlukan sebelum kesimpulan terakhir yang dapat dinilai
sepenuhnya.
B.
IMPLIKASI
KONSELING DARI MODEL HUBUNGAN
Model
hubungan dilihat dari sumber yang paling penting yaitu keuntungan yang tersedia
bagi konselor dalam membantu klien supaya berada dalam hubungan itu sendiri. Konselor berusaha untuk
berkomunikasi dengan klien-nya yaitu dengan cara sikap peduli, menghormati, dan
menerima. Konselor mencoba berkomunikasi
dan memahami tentang dunia pribadi klien secara mendalam dengan sikap yang
empatik. Konselor
berusaha untuk menyadari pengalamannya dan untuk berbagi penglamannya
diperlukan dengan cara yang terbuka dan kongruen. Dia menghindari menanggapi
secara buatan, palsu, atau bergaya kepada kliennya.
Jika
konselor berhasil dalam menawarkan kondisi fasilitatif selama periode tertetu,
maka klien secara bertahap menjadi mampu mengeksplorasi. Untuk menguasai perasaan
sendiri, berkonsentrasi pada aspek konkret dan berbagi pengalamannya,
membedakan antara perasaannya terhadap orang lain dan dirinya sendiri, dan
menjadi lebih sadar dengan aspek pengalamannya bahwa ia telah ditolak atau
terdistorsi. Dari proses tatanan dirinya menjadi direorganisasi untuk
memasukkan pengalaman baru yang sebelumnya ditolak, dan ia semakin cenderung untuk
melihat dirinya sendiri dalam cara yang lebih positif, dan untuk percaya dan
bertindak atas perasaan sendiri berdasarkan batin dan dorongan.
Model
hubungan adalah mencari aplikasi yang lebih besar di luar bidang konseling
profesional. Hal ini secara luas diterapkan pada pendidikan umum, membesarkan
anak, dan kepemimpinan kelompok. Salah satu potensi yang
paling penting terletak pada kenyataan yang relatif singkat dan prosedur pelatihan secara sederhana
menawarkan janji dalam meningkatkan hubungan dengan banyak orang di berbagai
pengaturan.
Pelatihan
individu akan menciptakan hubungan yang positif pada diri mereka, peningkatan
hubungan di rumah, sekolah, pabrik, dan masyarakat sehingga dapat berkontribusi
lebih banyak untuk pembangunan pada diri manusia daripada total jumlah yang
realistis dari pelayanan konseling yang profesional.
C.
MODEL
KOGNITIF
Sejak Breuer dan Freud
yang pertama kali berevolusi "talking cure"
di Wina lebih dari tiga perempat abad yang lalu, salah satu sumber utama
keuntungan di hampir semua jenis konseling dan psikoterapi telah bantuan kepada
klien dalam mengembangkan baru ide dan konsep atau dengan kata lain
"wawasan" tentang dirinya dan situasinya. Salah satu cara melihat
kepribadian manusia adalah bahwa setiap individu memiliki cerita tentang
dirinya, hidupnya, dan hubungan-Nya yang memberikan semacam fokus sentral
sekitar mana ia pengalaman dan menafsirkan peristiwa. Banyak kegiatan kognitif
nya ditujukan untuk mampu menafsirkan dunia dalam cara-cara yang bermakna dan
konsisten cukup untuk memberinya kenyamanan yang layak dan kebebasan dari
kecemasan. Cerita pusat yang berfungsi sebagai jangkar untuk memberikan
stabilitas di dunia membingungkan dan sering mengancam sebagian besar diberikan
kepada individu dalam masa kanak-kanak, terutama oleh kerabat dekatnya. Cerita
cenderung diuraikan dan dipelihara sepanjang hidup karena teman-teman terdekat
seseorang cenderung menjadi orang-orang yang percaya cerita nya,
Pada saat cerita
individu tertentu yang memiliki non-fungsional, yang, menghasilkan prediksi
sementara, menyebabkan salah tafsir peristiwa, atau menyebabkan tanggapan
terlalu menyakitkan dan gelisah terhadap situasi dan kejadian. Salah satu
cerita dapat menyebabkan dia untuk fokus pada insiden kecil dan memperindah
mereka ke dalam tema-tema utama dari penolakan, permusuhan agresi, atau
menghina oleh orang lain. Demikian pula, cerita seseorang mungkin membuat dia
menghambat respon secara tegas atau
pelindung terhadap situasi dan hubungan. Dilihat dengan cara ini, kepribadian
atau set kolektif cerita tentang kehidupan seseorang mungkin kadang yang
memenjarakan dan mengkonstriksi perkembangan.
Psikoanalisa
Beberapa
teori dasar kepribadian telah membuat
kontribusi besar dalam teori model kognitif. Yang paling awal adalah
psikoanalisis. Freud melihat kepribadian manusia melibatkan tiga subsistem utama. Id itu dipandang sebagai
sistem yang asli dan terdiri dari segalanya, total genetik atau warisan
biologis dan diperoleh saat lahir. Id tersebut merupakan
pengalaman dunia batin subjektif dan tidak memiliki pengetahuan tentang
realitas objektif. Ini adalah kemampuan kepribadian dan sebagai tujuan utama
mengurangi ketegangan, yaitu, kembali kepada keadaan seimbang.
Superego
adalah sistem yang mencerminkan sanksi moral masyarakat. Dalam pandangan Freud
superego merupakan irrasional dari id. Hal
ini mengoperasikan pada prinsip moral, perilaku yang riealistis baik
atau buruk tanpa kualifikasi berdasarkan motivasi atau keadaan. Superego cenderung menolak
sepenuhnya dorongan itu dari id yang dapat berjalan bertentangan dengan konsep
sosial diinternalisasi benar dan salah.
Sistem
ketiga ego adalah subsistem kepribadian yang rasional,
yang menjadi pengendali antara tuntutan id yang instinktif, bersifat
mendesak, dan tanpa mempertimbangkan lingkungan dengan dorongan, sanksi moral,
dan keabsolutan tuntutan super ego. Namun karena
hanya merupakan bagian terorganisir dari id yang tidak memiliki, ego harus
selalu berusaha untuk memenuhi tuntutan id, tapi dengan menghindari kecemasan
yang muncul dari ancaman yang dihasilkan oleh superego.
Konflik
adalah situasi tak terelakkan dalam
“troika" sistem belajar manusia untuk berurusan dengan konflik yang tak
terhindarkan dan kecemasan konsekuensi dengan mempelajari berbagai pertahanan
yang dapat memodifikasi konflik dan mengurangi kecemasan. Sebagian besar contoh,
mungkin dapat ditekan, atau impuls bermusuhan dapat diproyeksikan ke lain atau
berubah menjadi motif utamanya yaitu tampak baik dan positif.skognitif atau
represi. Sistem rasional-ego kognitif
selalu dipaksa untuk distrort,
menekan, menyangkal.Atau menipu. Tujuan dari konseling atau
terapi adalah untuk membantu ego berpikir lebih jernih dan atau memadai,
melalui menafsirkan, perlahan-lahan, hati-hati, dan lembut. Freud melihat
kondisi manusia, seperti apa yang kita lihat, yang agak pesimis. Konflik dan kecemasan yang
tak terelakkan, dengan ego seorang manajer rapuh dan tergantung dari permintaan
dapat didamaikan dan pulsaim. teori lain yang diikuti dalam teori psikoanalisis adalah kurang
pesimis dari Freud dan mulai fokus pada kekuatan yang melekat dan kapasitas
fungsi ego. Mereka melihat orang yang terorganisir memiliki fungsi-fungsi
kognitif indah yang berpotensi setidaknya mampu memecahkan masalah-masalah
pribadi dan masyarakat.
Psikologi
Ego
Alfred
Adler memperbaiki teori psikoanalitik klasik yaitu
mencari akar perkembangan dan konflik personal di lingkup social daripada
proses psikologinya, dia berpendapat bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk
social dan motivasi utamanya berdasarkan interaksi sosial. Adler melihat
motivasi utama manusia adalah untuk mengusahakan superioritas atau
kesempurnaan. Dia percaya bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan itu diaplikasikan dalam setiap kehidupan manusia,
tapi memiliki bentuk dan pola yang berbeda-beda dalam tiap kehidupan individu.
Cara dasar untuk mengusahakan superioritas di ubah dalam suatu bentuk tingkah
laku yang disebut Adler dengan gaya hidup individualitas. Gaya hidup adalah
sebuah konstruksi global yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan tingkah
laku manusia. Setiap orang memiliki gaya hidupnya masing-masing yang unik.
Adler pada dasarnya optimis dan mendukung manusia serta keadaannya. Dia melihat
manusia sebagai bentuk umum dari keterlibatan social dan bertanggung jawab
secara social terhadap potensi kerjasama ( hubungan sosial ) dalam penyelesaian
masalah dan suatu hubungan. Tingkah laku manusia dipandang sebagai sesuatu yang
rasional dan dapat dimengerti dalam
suatu kerangka gaya hidupnya yang unik. Seseorang bisa mengusahakan kesempurnaan
dan superioritas melalui keahlian atletik, daya tarik lawan jenis, pencapaian
akademik lain. Semua perjuangan ini dapat disalurkan kedalam kepuasan personal
dan juga produktivitas sosial. Ketika tingkah laku seseorang merugikan dirinya
sendiri maupun orang lain hal ini disebabkan karena ketidak sempurnaan
pemahaman diri sendiri maupun lingkungannya,ini terjadi karena dorongan buruk
yang masuk ke dalam dirinya.
Karen
Horny mengembangkan pendekatan psikososial lain yang
membentuk kepribadian berdasarkan psikoanalisis. Horny mencari pemahaman
tingkah laku dalam konstruksi harapan yang membentuk hubungan sosial. Dia
mengambil contoh dengan melihat perkembangan anak yang terasingkan dan ketidak
berdayaan dalam sebuah dunia yang tidak bersahabat dan kacau. Anak-anak masih
kecil dan relatif tidak berdaya dalam dunia yang kompetitif, orang dewasa yang
mendominasi dan memiliki kemampuan untuk mengalahkan. Untuk menghadapi perasaan
yang muncul dalam perjuangan yang tidak adil ini anak-anak harus mengembangkan beberapa
strategi, dia mungkin bisa bergerak maju dan patuh, saling percaya dan saling
menyayangi serta mendukung satu dengan yang lain. Di sisi lain dia bisa saja
bergerak menjauh dan menjadi mandiri, mengasingkan diri dan bersifat
individual. Pada akhirnya, dia bisa bergerak melawan masyarakat dan menjadi
tidak bersahabat, agresif dan menguasai. Semua strategi digunakan bahkan cara yang kaku dan salah
dalam menguasai dan merusak dengan cara-cara irasional (neurotik). Perbedaan
diantara neurotic dan tingkah laku efektif adalah perbedaan dalam mengendalikan
dan keleluasaan yang diterapkan dalam situasi tertentu. Ketika seseorang sadar
terhadap strategi yang mungkin dilakukan dan bisa menganalisa situasi dengan
tepat (dengan kata lain tanggap) dia bisa berperilaku secara efektif.
Orang-orang yang tidak efektif secara tidak sadar akan menuju pada kekacauan
yang relatif tidak peduli pada tingkah lakunya sekarang, memiliki beberapa
pilihan dan memilih ulang strategi untuk kegunaan yang berlebihan dan tidak
tepat.
Erich
Fromm adalah orang yang mengemukakan teori neoanalitik
yang focus terhadap interaksi sosial sebagai komposisi utama dalam pengembangan
kepribadian. Dia mendasarkan pendekatannya melalui studi terhadap kebutuhan
dasar manusia secara social. Kebutuhan ini membendung eksistensi pria dan
wanita sebagai makhluk sosial yaitu kebutuhan untuk berhubungan, kebutuhan
untuk berkreativitas, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan untuk identitas, kebutuhan
untuk berpikir dan berpendapat. Ketika orang-orang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat mereka menjadi terasing dan individual. Jika mereka
ditolak keberadaannya atau tidak memiliki hubungan yang baik maka mereka akan
saling membenci. Solusinya adalah dengan memahami cara memenuhi kebutuhan
mereka di dalam suatu aturan dan kesempatan yang diberikan masyarakat. Ini sama
halnya memberikan kesempatan mereka untuk tumbuh dan membantu mereka untuk
memenuhi kebutuhannya dengan cara yang positif dan konstruktif.
Harry Stack Sullivan
adalah pengemuka teori kepribadian lain yang membawa pandangan psikososial
lebih jauh. Dia melihat kepribadian pada dasarnya adalah seperangkat strategi
interpersonal yang digunakan individu untuk berinteraksi dengan yang lain.
Perkembangan kepribadian adalah suatu proses untuk belajar memenuhi kebutuhan
dan mengurangi ketegangan didalam suatu jaringan dari hubungan interpersonal
yang signifikan.
D. IMPLIKASI KONSELING DALAM MODEL
KOGNITIF
Pada dasarnya model kognitif konseling berdasarkan
pada pandangan bahwa sumber daya terbesar manusia tumbuh dan berkembang secara
efektif yang terletak pada kemampuan mereka untuk berfikir secara rasional dan
analitikal tentang mereka sendiri dan dunianya. Fungsi pemecahan masalah yang
rasional ini di istilahkan Freud sebagai fungsi ego.Fungsi ego adalah sumber
daya manusia yang paling mendasar. Model psikologi dasar ini yaitu peka atau
tanggap yang akan membawa pada pengendalian perilaku serta pertumbuhan dan
perkembangan.
Konselor
berperan nyata sebagai guru yang membantu kliennya berpikir secara sensitif,
melalui kepekaan yang lebih terhadap dirinya dan lebih jelas, melalui persepsi
realita yang lebih akurat. Konselor membantu kliennya menginterpretasikan
kegiatan eksternal dan internal, merekonstruksikan pengalamannya dimasa lalu
dengan cara yang logis dan nyata serta menggunakan perspektif barunya untuk
menyelesaikan masalah. Konselor cenderung menuntun kliennya mencari alternative
cara untuk menyelesaikan masalahnya dengan peka terhadap perasaan untuk
memunculkan pandangan baru.
Konselor menjaga hubungan yang dekat dan hangat
dengan kliennya bukan untuk kepentingan pribadinya melainkan untuk menciptakan
suasana yang nyaman sehingga kliennya bisa menemukan penyebab masalahnya,
konselor membantu kliennya “ mencari sesuatu bersama” melalui aspek emosional
dan kognitif dalam hubungannya. Ada beberapa penekanan terhadap faktor rasional
dan kognitif daripada emosional. Tujuan utamanya bukan hanya untuk memecahkan
masalah praktis dengan cepat tetapi lebih memahami motiv dan konflik dasar
sehingga pertumbuhan psikologis dan fungsi-fungsi efektif akan tercapai.
Diharapkan pengetahuan yang dimiliki dapat ditempatkan di berbagai sutuasi dan
waktu.
Tingkat perspektif yang tinggi yang digunakan
konselor maupun dalam hubungan yang alami bisa membangkitkan materi-materi yang
berharga tapi kadang juga mengancam klien. keterbukaan atau dorongan untuk
berbicara bebas tentang perasaan atau kepedulian yang dalam, membuat komunikasi
materi yang bisa sangat penting. Melalui rasa empati yang besar dengan cara
menjadi pendengar yang aktif yang dilakukan konselor sebagai usahanya untuk
memahami dan menghubungkan informasi-informasi tentang klien dan membantu klien
memperbaiki gambaran yang layak tentang dirinya.
Aplikasi
Teori Kognitif
Kebanyakan konseling Bimbingan karir pada hakikatnya
bersifat kognitif. Namun sering kali karakteristik atau faktor teori
kepribadian didasarkan pada
psikoanalitik atau neoanalitik. Karakteristik dan faktor pendekatan kepribadian
manusia memiliki posisi yang bisa di deskresipkan individu dengan mengaskses
karakteristik kepribadian yang terbatas, pola kepentingan dan kemampuan atau
ketrampilan. Merencanakan perkembangan pendidikan dan kejuruan yang mencakup
pemahaman seseorang tentang pola karakteristik kepentingan dan kemampuan yang
berhubungan dengan pihak-pihak yang membutuhkan melalui suatu persyaratan yang diatur oleh pemilik
institusi pendidikan.
Proses konseling mencakup akses dan aplikasi informasi tentang aspirasi klien, kesempatan
dan sumber daya sehingga dia bisa merencanakan dengan cerdas. Kebanyakan
informasi di dapat dari tes psikologis ataupun langsung dari wawancara.
Pendekatan konseling bermuatan kognitif dikembangkan oleh Albert Ellis. Terapi
rasional-Emotiv Sebagaimana Ellis menyebutnya adalah sebuah pendekatan tingkah
laku manusia yang menekankan bahwa respon emosional banyak dikendalikan oleh
arus kognitif atau proses pembentukan ide. Dengan kata lain ketidak bahagiaan
atau respon emosional yang menyakitkan tidak diproduksi secara langsung dari
kondisi lingkungan melainkan dari cara individu-individu berpikir tentang
lingkungan itu.
Dalam pandangan ini rasa marah, frustasi, kesedihan,
atau belas kasihan dipicu oleh kalimat-kalimat yang disampaikan orang lain
kepada diri mereka sendiri tentang keadaannya. Kebanyakan kesedihan manusia
disebabkan oleh “kalimat tidak waras” atau kesalahan logika dari cara berpikir
manusia. Sebagai contoh, Anak muda yang ditolak pacarnya mungkin akan
mengatakan kalimat berikut “Dia tidak menyukai aku…aku tidak berharga, tidak
menarik, orang yang menyedihkan, hidupku susah.” Kalimat tersebut memicu respon
emosional yang merendahkan dirinya.
Perlakuan dalam terapi rasional emotif terdiri dari
berbagai macam cara untuk mendidik klien berpikir lebih jernih dan rasional dan
untuk bertindak berdasarkan cara berpikir yang rasional daripada cara berpikir
sebelumnya yang membingungkan dan tidak logis. Terapi emosional emotive adalah
kelanjutan yang paling penting dari pandangan kognitif konseling.
E.
MODEL
BEHAVIORAL
Model Behavioral konseling adalah sesuatu yang
memiliki cakupan luas yang berlawanan secara langsung dengan teori yang telah
di jelaskan diatas. Teori ini membahas suatu eksperimen dilihat dari aplikasi
psikologis. Dimulai pada tahun 1920-an, psikologi scientific telah dipengaruhi
secara ekstrim oleh metode atau cara pandang yang disebut behaviorism.
Singkatnya behaviorism adalah pandangan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang berhadapan sangat ekslusif dalam observabels-yaitu data yang didasarkan
pada sesuatu yang tampak dan secara langsung yang dapat diamati atau perilaku.
Pandangan ini unggul pada bagian – bagian khusus
tentang psikokologis behavioral yang sangat mempedulikan pembelajaran yang
memiliki hubungan respon stimulus. Dengan kata lain psikolog mempelajari respon
yang bisa diamati atau pergerakan organisme yang secara langsung terhubung
dengan stimulus yang spesifik di lingkungan itu.
Dalam pandangan teori psikologis yang menemukan
konstruksi system pandangan yang rumit untuk menjelaskan apa yang ada di dalam
organisme (seperti kerangka Freud tentang id, ego, super ego). Keluar dari
laboratorium behavioral psikolog dari masa lalu telah mendatangkan reset dengan
jumlah yang sangat banyak dengan manusia dan subyek infra manusia. Salah satu
pelopor pergerakan ini adalah B.F. Skinner. Skinner dan rekan-rekannya
mengadakan riset yang telah mengembangkan sebuah system dan bahasa untuk
mempelajari tingkah laku yang disebut analisis eksperimental perilaku.
Pendekatan
Skinnerian
Skinner dan sistemnya masih memiliki banyak
kontroversi. Dampaknya terhadap psikologi dan pemikiran manusia lainnya tidak
dapat di hindarkan dan dia tidak diragukan lagi menjadi penerus Freud sebagai
salah satu contributor yang besar bagi cara manusia berpikir tentang dirinya di
dunia.
Singkatnya pembelajaran Skinnerian atau Operant
Conditioning adalah sebuah pendekatan psikologi yang menggunakan stimulus dan
respon untuk mempelajari perilaku yang tampak dibawah kondisi yang terkendali.
Pendekatan ini tidak menggunakan kerangka yang rumit untuk menjelaskan atau menyimpulkan
apa yang terjadi di dalam organisme. Ini berfokus pada kondisi stimulus yang
terjadi di dalam organisme dan respon atau pergerakan yang dikeluarkan
organisme melalui adanya stimulus tersebut.
(Reinforcement)
Penguatan, Dari pendekatan ini secara empiris telah
diketahui bahwa stimuli tertentu yang mengikuti respon khusus akan meningkatkan
kemungkinan terjadinnya respon itu secara signifikan. Stimuli ini disebut
reinforcers (penguat), penguat pada umumnya mengurangi tekat atau memproduksi
kesenangan stimuli contoh: makanan,air,atau dorongan sexual. Mereka bisa juga
menjadi penguat negative yang menggeser stimulus yang tidak menyenangkan.
Penguat bisa termasuk interaksi sosial seperti pujian atau dorongan atau
pengakuan. Sekali respon ini dipasangkan dengan stimulus penguat disebut
“respon terkondisi”.
Psikologi behavioral telah berhasil, namun untuk
mengembangkan metodelogi kuat yang relative sederhana dengan pembelajaran
mengenai sesuatu diakui sebagai efek yang sangat dahsyat terhadap efek dari
penghargaan dan hukuman. Skinner secara khusus memfokuskan perhatiaanya kepada
kekuatan dari penguatan positif untuk mengontrol perilaku dan telah menunjukan
konsekwensi yang tidak efektif dan merusak dari penggunaan stimulus yang
terbalik atau hukuman dalam mengontrol perilaku dikebanyakan sifat tidak
terpuji kita.
Reset telah menunjukan bahwa frekwensi dari respon
banyak ditentukan oleh waktu munculnya stimulus penguat. Sebagai contoh ketika
penguat dimunculkan dalam waktu acak, organisme melanjutkan merespon pada
tingkat yang tinggi selama periode waktu yang relative lama setelah terakhir
munculnya penguat kemudian menghasilkan sebuah pola perilaku yang tahan
terhadap kepunahan. Kepunahan adalah sebuah istilah untuk menggambarkan
terjadinya kerusakan dari hubungan antara stimulus dan respon ketika respon
terkondisi sedang diproduksi secara berulang-ulang dari organisme tanpa adanya
penguatan.
Percobaan secara besar-besaran dengan subyek hewan
telah menghasilkan pengetahuan yang signifikan tentang efek dari prosedur
operant conditioning. Tidak mengejutkan bahwa beberapa tahun terakhir ditemukan
lonjakan yang hebat dari penggunaan teknik penguatan dengan manusia di situasi
praktis dengan jangka yang luas. Metodologi dalam analisis eksperimen perilaku
memiliki keuntungan yang paling pentinga adalah tekhnik “modifikasi tingkah
laku” memaksa konselor atau guru untuk menjelaskan secara spesifik perubahan
tingkah laku apa yang mereka lakukan.
F.
IMPLIKASI
KONSELING DARI MODEL BEHAVIORAL
Konselor harus mendefinisikan tingkah laku dengan
hati-hati, tingkah laku yang berorientasi pada tujuan untuk diri sendiri dan
orang lain. Dia tidak bisa menghadapi dalam tujuan yang samar-samar dan
ambisius seperti aktualisasi diri atau kekuatan ego atau peningkatan fungsi.
Dia harus mendefinisikan kelas-kelas respon yang bisa diamati dimana prosedur penguatan dan “pembentukan” bisa
diaplikasikan.
Konselor harus berpikir sangat hati-hati tentang
tujuannya sebelum melakukan campur tangan. Menentukan tujuan tingkah laku
mungkin sulit dan kadang memiliki keterbatasan dibeberapa situasi.
Model behavioral membutuhkan pemeriksaan yang
hati-hati terhadap lingkungan klien untuk mengidentifikasi dan meletakkan
stimuli yang akan dikuatkan. Penguat yang efektif digunakan untuk mengubah
tungkah laku klien menjadi lebih baik. Konselor behavioral cukup peduli untuk
berhubungan hangat, empati dan cara-cara yang baik terhadap klien. Melalui
sebuah hubungan tentu saja konselor bisa menjadi seorang penguat social untuk
klien melalui hubungan seperti ini konselor bisa mengetahui kliennya dengan
baik untuk mengidentifikasikan faktor penguat yang cocok, disisi lain perubah
tingkah laku yang tidak menggunakan kepekaan dan kooperatif dari kliennya
kapanpun dan dimanapun mungkin akan tidak menjadi efisien.
Dalam beberapa kondisi konseling behavioral klien
bisa mengurus penguatnya sendiri, sebagai contoh seorang mahsiswa yang
menjanjikan dirinya sendiri bila telah
menyelesaikan tugasnya akan menjadwalkan kencan dengan pacarnya, atau orang
yang sedang diet menjanjikan dirinya pantangan dari makan roti dan kentang akan
diganti dengan membeli pakaian baru. Untuk bagian yang paling penting konseling
behavioral membantu klien untuk menjelaskan secara spesifik sekelompok tingkah
laku yang berorientasi pada tujuan untuk dirinya.
Classical
Conditioning
Analisis Skinner tentang tingkah laku berurusan
dengan respon secara utama yang disebut operant. Secara umum respon yang
bereaksi dengan lingkungan secara langsung. Pola komunikasi baik verbal maupun
non verbal adalah operant yang membangkitkan reaksi dari orang-orang yang
menerima komunikasi.
Pavlov memperhatikan respon yang memiliki karakter
berbeda-beda. Kebanyakan perilaku responden terpicu secara langsung oleh
stimuli di lingkungan. Respon emosional adalah jenisnya. Seorang pejalan kaki
yang hampir saja ditabrak oleh truk yang berkecepatan tinggi mengalami respon
ketakutan yang kuat, nafasnya, detak jantung, keringat, kontraksi perut dll secara
cepat akan berpengaruh. Pavlov dan pengikutnya telah menemukan bahwa respon “otot
rata” dikontrol oleh pembelajaran. Percobaan bell-salivation yang tekenal
dengan anjingnya adalah contoh klasik disediakan makanan, si anjing berliur
makanan dan nada bell diberikan lagi dan anjing kembali berliur. Nada bell
diberikan sendiri, anjing berliur. Respond stimulus yang berpasangan melelui
pembelajaran baru ini telah diraih.
Desensitization
Perlakuan konseling yang utama berasal dari
pendekatan pembelajaran pendekatan klasik secara tidak langsung adalah tekhnik
desensitization Joseph Wolpe. Pendekatan ini sangat efektif dalam menangani
kecemasan dan reaksi phobia, meliputi penggunaan relaksasi dan pembelajaran
dengan orang lain. Secara singkat sebuah subjek yang misalnya mengalami
kecemasan yang berlebihan dalam situasi tes akademik dibantu untuk rileks
secara menyeluruh. Dia lalu diberikan tingkatan dari berbagai gambaran produk
kecemasan melingkupi perasaannya ketika tes pertama kali diumumkan untuk minggu
berikutnya melalui reaksinya semalam sebelum tes, sampai kecemasannya saat
membaca disoal pertama.Karena dia bisa memproses lebih jauh dan lebih jauh
melalui tingkatan itu tanpa mengalami tingkatan kecemasan yang mengganggu masa
rileksnya, dia sedang mengalami desensitis kepada stimuli penghasil kecemasan.
Terkadang dia bisa memasuki kembali situasi tes itu secara langsung tanpa
melumpuhkan pengalaman kecemasan sebelumnya. Dia dikatakan Desensitized.
Baik operant maupun pendekatan pembelajaran klasik
menawarkan sumber berharga untuk mendapatkan konselor yang telah berkembang,
pendekatan behavioral ini bisa digunakan dan dimasukan ke dalam praktek
pengembangan konselor dengan komitmen kepada nilai kebebasan dan martabat
manusia. Mereka bisa digunakan dengan penuh kepekaan dan konsentrasi dari
klien. Mereka tidak mengurangi pembentukan kehangatan, empati, hubungan yang
baik,dan efektif dalam hubunggan itu. Krumboltez dan Thoreson telah
mengaplikasikan prinsip operan ke berbagai situasi macam konseling dengan
istilah behavioral humanism untuk mendeskripsikan istilah itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Blocher, Donald H. 1974. Developmental Counseling Chapter V. USA: Jhon Wiley & Sons, inc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar